Daftar Isi

Saturday, August 18, 2012

si unyil riwayatmu kini

Bagi mereka yang mengalami masa kecil di tahun 1981-1993, film boneka Si Unyil adalah tontonan wajib di Minggu pagi. Inilah tontonan yang menghibur, mengundang tawa, sesekali meneror dengan ketegangan cerita akibat munculnya sosok buronan yang mengancam keselamatan Unyil dan kawan-kawan, hingga membuatnya lekat di benak anak-anak. Munculnya Si Unyil menjadi idola, karena TVRI saat itu menjadi satu-satunya televisi yang memancarkan siaran hingga ke pelosok desa.

Sosok Si Unyil memang masih muncul dalam sebuah program baru di Trans7. Tapi gaungnya tidak sedahsyat kala film boneka itu masih menyodorkan cerita drama yang utuh, sebelum secara tiba-tiba Drs. Suyadi alias Pak Raden muncul menceritakan kondisi ekonominya. 

Publik dibuat terhenyak. Sang kreator  beberapa tokoh dalam film boneka Si Unyil ternyata tak pernah menerima royalty. Selama ini, royalty dibayarkan pada Pusat Produksi Film Negara (PPFN),yang memegang semua hak ciptanya. Bagaimana sesungguhnya jalinan cerita terwujudnya sosok-sosok dalam film boneka Si Unyil?

Rindu Tontonan Untuk Anak
Sejarah munculnya sosok Si Unyil bermula sekitar 1980-an. Ketika itu Direktur Produksi Film Negara, Drs.Gufron Dwipayana, mengeluhkan tontonan televisi yang hampir semuanya diisi produk luar negeri. Apalagi film anak-anak. Semua film kartun didominasi produksi asing."Saya ingin ada film kartun anak-anak produksi dalam negeri. Harus kartun soalnya untuk anak-anak," kata Suyadi alias Pak Raden menirukan ucapan Dwipa, saat bertemu untuk menggodok ide pembuatan tayangan untuk anak.

Pak Raden sebenarnya sepakat dengan ajakan Dwipa. Namun dia menegaskan sumber daya manusia lokal kala itu masih belum mampu untuk memproduksi film kartun. Karena itu, dia lalu mengusulkan untuk membuat film dengan tokoh-tokoh boneka lucu. "Ah, itu saya setuju" ujar Dwipa seperti ditirukan Pak Raden. Setelah berfikir keras, Pak Raden yang kala itu dosen Fakultas Seni Rupa ITB akhirnya menemukan sosok ideal pemeran film boneka tersebut.


Pilihan jatuh pada sosok Unyil yang merupakan anak desa yang sederhana lengkap dengan sarung dan peci. Pak Raden lantas menciptakan karakter-karakter lainnya. Cerita pun dibuat tidak jauh-jauh dari persoalan sosial masyarakat pedesaan. "Saya yang mendesain tokoh-tokoh itu. Produksi (boneka) saya juga yang ngawasi," kata Pak Raden.

Awalnya,wajah boneka itu dipola dengan tanah liat. Setelah cocok, lantas ditempeli kertas dan dikeraskan hingga membentuk tokoh Unyil, Ucrit, Melani, Pak Ogah, Pak Raden, Bu Bariah, dll. Ternyata proyek film boneka Si Unyil sukses besar. Hampir setiap anak kecil pada era 1981-an hingga 1992-an mengenal dan menggemari sosok Unyil dan tokoh lainnya. Sejak saat itu, sosok Pak Raden melekat dengan Drs. Suyadi.

Pada  pertengahan 1992-an, produksi film Si Unyil dihentikan dengan berbagai alasan. Namun Pak Raden tetap Pak Raden. Pria yang rela meninggalkan profesi sebagai dosen untuk terjun total mengurusi Si Unyil itu pun terus menggeluti dunia dongeng dan kesenian lainnya, terutama yang berhubungan dengan anak-anak."Ada kepuasan tersendiri terjun di dunia anak-anak. Kalau jadi dosen, saya hanya berhubungan dengan mahasiswa. Tapi kalau sama Unyil, saya bisa merangkul seluruh anak-anak Indonesia," paparnya.

Tayang di TV Swasta
Film boneka Si Unyil mengudara di TVRI saban Minggu sejak 5 April 1981 hingga 1993. Setelah berhenti, RCTI pernah menayangkannya sejak 21 April 2002 hingga awal 2003. Medio 2003 hingga akhir 2003, gentian TPI (kini MNCTV) yang menanyangkannya setiap Minggu pukul 16.30 sebelum program Lintas 5. Entah mengapa, penayangan di televisi swasta tidak sefenomenal ketika tayang di TVRI.

Pihak PPFN bukannya tak pernah berusaha untuk menghidupkan kembali kejayaan Si Unyil. Film ini pernah dicoba diangkat lagi oleh PPFN dengan bantuan Helmy Yahya pada tahun 2001, dengan meninggalkan atribut lama dan memakai atribut baru agar sesuai dengan jamannya. Tapi usaha itu gagal.

Pada tahun 2007, Si Unyil dihidupkan lagi dengan nama Laptop Si Unyil, digawangi oleh Trans7. Karakter, lagu pembuka, dan cerita tetap dipertahankan, kecuali beberapa yang diperbaharui seiring zaman. Seperti ucapan Pak Ogah, yang dulu "Cepek dulu dong" kini jadi "Gopek dulu dong"; dan Unyil didampingi temannya membahas hal-hal pendidikan dengan laptop yang dimiliki teman si Unyil.

Drs. Suyadi sendiri memilih karakter Pak Raden untuk diperankannya. Selain menjadi pengisi suaranya, Suyadi juga hidup dari karakter Pak Raden dengan menjadi pendongeng dan bintang tamu di berbagai stasiun televisi. Tentu tak lupa dengan kostum khasnya. Pendek kata, boneka Si Unyil tidak hanya sukses di televisi. Berbagai boneka Si Unyil juga dijual. Begitu pula ada iklan yang menggunakan karakter Si Unyil, buku-buku maupun makanan.

Meski selama ini karakter Si Unyil diklaim diciptakan oleh Suyadi, barangkali patut pula di dengar klaim pihak lain yang konon dialah yang membuat Si Unyil. Orang itu bernama Kurnain Suhardiman alias Pak Le. Awal mula Pak Le bisa mendapat inspirasi untuk membuat tokoh Si Unyil  dari seorang sepupunya yang bernama Julianto. Julianto akrab dipanggil Kunyil oleh Pak Le, namun Pak Le lebih sering menyingkatnya menjadi Si Unyil.

Bagaimana boneka Si Unyil bisa terbentuk?Konon hal ini dikarenakan pada suatu hari Pak Le mengetahui bahwa sepupunya yang bernama Julianto sedang gemar membuat boneka sarung dari kain bekas dan dijahit. Inilah yang membuat ia terinspirasi untuk membuat boneka Si Unyil. Kurnain Suhardiman sudah tiada, hingga klaim ini menjadi tidak jelas apakah benar atau rumor belaka.

Kisruh Hak Paten
Boneka Si Unyil menjadi identitas khas Bangsa Indonesia, ditengah serbuan tokoh-tokoh lain dari luar negeri. Mungkin contoh paling nyata adalah saat Ipin dan Upin dari Malaysia menjadi acara favorit anak-anak Indonesia. Dalam berbagai perhelatan olahraga Indonesia melawan Malaysia, misal sepak bola, kedua negara digambarkan dengan ikon masing-masing yang sedang bertarung. Si Unyil melawan Ipin dan Upin.

Sayang, kepopuleran Si Unyil tak berbanding lurus dengan kehidupan Drs. Suyadi.  Semua bermula pada 1995, saat Pak Raden menandatangani perjanjian dengan Direktur Utama Perum Produksi Film Negara (PPFN) Amoroso Katamsi. Dalam surat perjanjian bernomor 139/PPFN/XII/1995 tersebut, Pak Raden selaku pencipta tulisan Si Unyil dan model boneka tokoh-tokoh dalam film Unyil menyerahkan pengurusan hak ciptanya kepada PPFN selama lima tahun.

Anehnya, PPFN juga menerbitkan surat perjanjian yang sama dengan nomor yang sama, namun bedanya surat yang kedua sama sekali tidak disebutkan berapa tahun perjanjian itu berlaku. "Biasanya surat perjanjian kan disebutkan kapan jangka waktunya. Kalau selamanya, ya ditulis selamanya. Tapi, ini tidak ada," tutur Pak Raden. Persoalan inilah yang sedang diperjuangkan Pak Raden bersama beberapa seniman muda Jakarta. Mereka berharap, PPFN akan mengembalikan hak cipta Si Unyil pada Pak Raden, hingga bisa mendapat royalty.


Di tengah deraan penyakit tua, Pak Raden memang butuh biaya berobat dan makan, yang selama ini ditopang dari order menjadi pendongeng dan pengisi suara. Menurut Trans7, stasiun televisi yang kini menyiarkan Si Unyil, Pak Raden dibayar karena mengisi suara saja. Soal hak siar, produser eksekutif tayangan 'Laptop Si Unyil' di Trans7, Roni Suyanto, mengaku pihaknya selalu melakukan pembayaran kepada Perum Produksi Film Negara (PPFN).

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!