Daftar Isi

Saturday, August 18, 2012

durasi & tradisi puasa di berbagai negara

Waktu puasa ditentukan oleh waktu perputaran bumi mengelilingi matahari. Planet bumi dalam mengelilingi matahari tidaklah lurus melainkan miring, sehingga menyebabkan perbedaan waktu diberbagai belahan bumi. Pada bulan Maret sampai September, wilayah belahan bumi utara lebih lama mendapatkan sinar matahari, dibanding wilayah bumi bagian selatan. Sebaliknya, pada bulan Oktober sampai Februari, wilayah bumi bagian selatan menerima sinar matahari lebih lama dibandingkan dengan wilayah bumi bagian utara.


Apakah perbedaan durasi itu akan berlangsung selamanya? Inilah salah satu hikmah Kalender Islam (Hijriyah) yang menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari. Sehingga waktu Ramadhan selalu bergeser 11 hari dibanding dengan kalender Masehi.


Jika saat ini Ramadhan jatuh pada bulan Juli misalnya, maka negara-negara di belahan bumi utara mengalami waktu puasa yang lebih lama. Namun Ramadhan akan terus bergeser maju ke bulan , Juni, Mei, Maret dan seterusnya sampai masuk waktu dimana negara-negara di belahan bumi selatan mengalami waktu puasa yang lebih lama (Oktober –Februari). Negara-negara di khatulistiwa cenderung mengalami waktu puasa yang sama.


Beruntung Tinggal di Indonesia

Letak geografis Indonesia tepat berada pada garis katulistiwa atau terletak di tengah-tengah bumi, yang membuat kita jadi sangat diuntungkan dengan durasi puasa sekitar 12 jam. Berbeda jauh dengan waktu di Eropa yang berkisar 15-16 jam. Di Petaling Jaya, Malaysia puasa dimulai jam 5:38 pagi sampai 19:30 malam. Hampir sama dengan Indonesia, tapi mulai dan berakhirnya beda. Di Indonesia Imsak mulai sekitar  pukul 4:45. Tapi kadang waktu sholat di Indonesia lebih cepat daripada di Malaysia, karena waktu Imsak dan Maghribnya beda.

Puasa tahun ini di Singapura durasinya kurang lebih 14 jam. Lumayan lama walau letaknya tidak jauh dari Indonesia. Sama seperti Indonesia dan Malaysia, di Australia juga cuma 12 jam. Begitu pula di Afrika Selatan yang hanya selama 12 jam saja. Di Nigeria puasa sehari antara 13-14 jam, mulai pukul 5 pagi sampai 19.00 malam. Sedangkan  umat Islam di Trinidad berpuasa selama 14 jam sehari.


Rakyat Mesir bepuasa 16 jam sehari. Paling lama sepanjang 30 tahun terakhir . Sama halnya di Mesir, di Jordania dan Kuwait juga puasa 16 jam sehari. Sementara di Arab Saudi, Moroko dan Bangladesh,  lebih pendek lagi yaitu 15 jam lamanya. Sementara di negara benua Asia lain, seperti di Tokyo, Jepang berpuasa selama 15 jam 30 menit. Imsak pukul 3:11 dan buka puasa jam 18:47.


Puasa paling pendek mungkin di Casey Station, Antartika. Di sana hanya 9 jam 18 menit. Imsak jam 6:30 dan buka puasa 15 :48 sore. Puasa paling lama di Swedia. Hampir selama  20 jam. Sebuah cobaan dan rahmat bagi muslim Swedia. Sementara di Belanda puasa mencapai 17 jam. Agak lebih lama lagi di Inggris yang mencapai 18 jam lebih dalam sehari. Di Jerman, puasa dimulai pukul 3 pagi sampai 10 malam. sekitar 17 jam juga seperti di Belanda. Subhanallah.

Di Denmark dan Norwegia, orang puasa kurang lebih 19 jam sehari. Di Kanada, tepatnya di Toronto, masyarakat setempat menahan hawa nafsu, makan dan minum sepanjang Ramadhan selama 17 jam sehari. Menariknya, di Texas, Amerika Serikat, orang puasa cuma 15 jam. Tidak begitu jauh perbedaannya dengan  orang-orang di Asia-Afrika. Walaupun satu negara, rupanya di Seattle, Amerika puasanya mencapai 17 jam.

Di Amerika Serikat dan Rusia, waktu puasa di setiap negara bagian pasti berbeda-beda lamanya. Ini karena negara tersebut sangat luas dan perbedaan waktu GMT-nya juga beda-beda. Jadi tidak heran lama puasanya juga beda-beda di tiap negara bagian. Perbedaannya, kurang lebih 3 jam antara Amerika bagian Barat dan Timur. Tapi di Rusia, durasi puasanya relatif lebih panjang. Di Provideniya misalnya,imsak pukul 1:46 dini hari dan berbuka pukul 21:43 malam (berpuasa selama 19 jam 57 menit). 

Penentuan Awal Puasa
Selain durasi puasa yang berbeda, perbedaan juga menyangkut soal penentuan awal puasa. Contoh paling mudah yang terjadi di Indonesia. Sidang isbat  Kementerian Agama Republik Indonesia memutuskan, awal puasa jatuh pada hari Sabtu (21/7). Namun berbeda dengan keputusan pemerintah, warga Muhammadiyah memutuskan untuk mengawali puasa sehari sebelumnya, yaitu hari Jum’at (20/7). Perbedaan ini, terkait dengan metode yang digunakannya, yaitu rukyatul hilal dan metode hisab.


Organisasi masyarakat terbesar, Nahdlatul Ulama (NU) menentukan permulaan bulan Qomariyah (Hijriyah) pada awalnya hanya menerapkan metode rukyatul hilal atau melihat bulan secara langsung. Namun dalam perkembangannya mereka juga mengkombinasikan dengan rukyat berkualitas dan dukungan hisab yang akurat. NU telah melakukan redefinisi hilal dan rukyat menurut bahasa, Alquran, As-Sunnah dan menurut sains sebagai landasan dan pijakan kebijakannya dalam penentuan awal Ramadan, dan jatuhnya hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.


Bagi NU, kapan awal Ramadhan berlangsung harus menunggu hasil dari rukyat, meskipun dalam kalender-kalender NU, mereka sebenarnya juga telah menentukan awal Ramadhan berdasarkan hasil hisab. Sikap NU ini sejalan dengan sikap pemerintah. Sementara Muhammadiyah menerapkan penentuan awal bulan menggunakan metode hisab, meskipun tidak sepenuhnya menghilangkan proses rukyat. Alasannya, berdasarkan perkembangan iptek dan pola kehidupan masyarakat maka pelaksanaan rukyat dilakukan dengan menggunakan hisab.

Dengan metode hisab dari Muhammadiyah ini maka dianggap sudah memasuki bulan baru manakala sudah dapat dilihat wujudul hilal atau nampaknya bulan baru setelah terbenamnya matahari. Namun, tak cuma Muhammadiyah dan NU saja yang sering tidak sama dalam menentukan awal puasa. Beberapa penganut Islam Kejawen, atau pengikut tarekat-tarekat juga sering berbeda dalam menentukan awal puasa.

Islam Kejawen Alif Rebo Wage atau Aboge misalnya. Mereka mempunyai cara tersendiri untuk menentukan kapan dimulainya puasa. Jika Muhammadiyah menggunakan hisab atau perhitungan dan Nahdlatul Ulama menggunakan rukyat, maka kaum Islam Kejawen Aboge menggunakan almanak Jawa untuk menentukan awal puasa. Sesuai dengan hitungan yang mereka percayai sejak ratusan tahun itu, pengikut Islam Kejawen Aboge memulai puasa pada Sabtu Manis atau Sabtu Legi penanggalan Jawa atau pada Sabtu (21/7).

Jamaah An-Nadzir, Makassar, punya cara lain lagi. Mereka menentukan awal Ramadhan dengan melihat tanda-tanda alam. Menurut Ulama Jamaah An-Nadzir Ustad Lukman, indikasi 1 Ramadhan dilihat dari tanda-tanda alam, yakni hasil intaian bulan  pada bulan Sya'ban. Intaian bulan sangat penting untuk menentukan akhir pada bulan Sya'ban. "Akhir bulan Sya'ban adalah awal dari Ramadhan, dapat kita temukan dengan sempurna dengan melihat bulan," kata Juru Bicara Jamaah An-Nadzir, Ustad Lukman.


Lukman menambahkan, indikator penghitungan terbit bulan, lebih bagusnya dilihat pada akhir bulan Rajab. Sebab, jika itu sempurna maka awal bulan Syahban juga tidak meleset, demikian juga pada penentuan awal Ramadhan. Oleh karenanya, mereka menentukan awal Ramadhan tahun ini adalah hari Kamis (19/7), sehari sebelum warga Muhammadiyah berpuasa.


Puasa lebih awal juga dilakukan oleh jamaah Tarekat Naqsabandiyah, Padang, Sumatera Barat. Mereka sudah memulai puasa Ramadhan 1433 Hijriah pada Rabu 18 Juli 2012 kemarin."Penentuan awal Ramadhan setiap tahun dilakukan berdasarkan perhitungan metode hisab munjid dan kami akan berpuasa selama 30 hari," ujar Edizon, seorang jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Surau Baitul Makmur, Kota Padang, Sumatera Barat.

Tradisi Sambut Puasa
Momen bulan puasa memang menyentuh tak hanya aspek religius semata. Tradisi yang mengiringinya juga bertumbuh, seiring budaya masyarakat setempat. Hal ini memperkaya khasanah keunikan bulan penuh berkah ini. Dari durasi puasa yang berbeda, hari H mengawalinya, hingga cara menyambutnya, membuat bulan puasa menjadi bulan yang selalu ditunggu-tunggu kaum muslim sedunia.

Di Mesir misalnya. Kaum muslim Mesir menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan memasang lampu tradisional di setiap rumah. Lampu ini disebut lampu Fanus.  Tak heran, setiap menjelang bulan puasa, warga mesir berbondong-bondong belanja lampu Fanus. Tradisi ini konon sudah berlangsung sejak zaman Dinati Fattimiyah. Pada saat itu, lampu dipasang untuk menyambut kedatangan pasukan raja.

Di Albania, negara di benua Eropa, juga punya tradisi unik menyambut bulan Ramadhan. Kaum muslimnya akan menggelar kesenian Lodra. Ini mirip tradisi memukul bedug di Indonesia. Hanya saja bedanya, beduk Lodra menggunakan dua buah tabung yang diselimuti  kulit kambing dan domba. Pemukulnya menggunakan dua stik yang berbeda, hingga menghasilkan dua jenis suara yang berbeda pula. Seniman Lodra juga sering diundang untuk mengiringi sahur.

Di Perancis, tepatnya di Couronne yang banyak didiami imigran asal Arab, ada tradisi berbelanja berbagai macam pernak pernik untuk menyambut puasa.  Biasanya pusat keramaian di Jalan Pierre Tumbot. Sementara di Roma, Italia, saban menjelang Ramadhan banyak panganan khas yang memiliki cita rasa manis serta kurma. Pusat kegiatan biasanya di La Grande Mosche (Masjid Agung di Roma).

Di Austria, negerinya Alfred Riedl mantan pelatih timnas Indonesia, menjelang puasa biasanya digelar kampanye pengumpulan paket lebaran untuk keluarga  miskin. Selain itu, mereka juga mengumpulkan hadiah lebaran untuk anak-anak yatim di Palestina. Kampanye ini dikoordinir oleh organisasi Feeding Fasting Palestinians. Untuk menyebarluaskan kampanye bantuan, warga muslim Austria menggunakan berbagai cara, seperti penyebaran poster, pemasangan iklan dan jasa pos. Aktivitas ini disambut antusias kaum muslim Austria. Mereka biasanya secara ikhlas menyisihkan sebagian rejekinya.

Sisik melik bulan puasa akan semakin menarik, jika dilihat dari kuliner khas yang biasa muncul saat Ramadhan tiba. Di Indonesia, makanan khas seperti kolak tak bisa dipisahkan dari tradisi menyambut puasa. Begitu pula cendol dan dawet, selain buah kurma yang biasanya jadi favorit, saban bulan Ramadhan berlangsung. Tradisi kuliner ini, juga terjadi di negara-negara lain, dengan makanan khas masing-masing, yang biasanya tidak muncul di  luar bulan Ramadhan.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!