Daftar Isi

Wednesday, August 1, 2012

Habibietainment

Habibie di rumahnya
Jika saat menjadi menteri riset dan teknologi Prof. Dr. BJ. Habibie terkenal dengan teori ekonominya yang disebut Habibienomic, maka usai lengser dari jabatan presiden RI, Habibie terkenal begitu dekat dengan kalangan dunia hiburan. Musababnya, beliau dan istrinya, almarhumah Ainun, sangat menyukai sinetron Cinta Fitri produksi MD. Entertainment. Kata Manoj Punjabi, owner MD Entertainment, mulanya Ainun kerap mengirim email berisi kritikan soal cerita Cinta Fitri. Dengan insting bisnisnya, Manoj lantas merangkul pasangan harmonis ini, mengenalkannya pada pewarta infotainment, hingga jadilah Prof. Habibie dan istri jadi media darling wartawan infotainment.

Ketika Ainun wafat, atau saat Habibie merilis buku kisah percintaannya dengan almarhumah,bermenit-menit durasi tayangan infotainment memuatnya. Begitu pula berbagai media hiburan, termasuk tempat saya bekerja, tak kalah antusias memberitakannya. Respon pasar bagus. Bahkan Prof. Habibie lewat stafnya minta dikirimi tabloid yang saya tulis, yang di dalamnya memuat berita dia di isu utama.  Habibie benar-benar bangga, dan sesudahnya saban ada kegiatan beliau, wartawan hiburan tak pernah lalai diundang.

Begitulah yang terjadi, kala menjelang bulan puasa  jatuh sekitar pertengahan Juli 2012 lalu. Prof. Habibie mengundang wartawan hiburan, karena akan merilis filmnya yang diangkat dari buku best seller tulisannya. Tentu saja buku kisah cintanya dengan Ainun. Undangan itu datang hari Minggu sore, bertempat di kantor MD Entertainment di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Bayangkan, hari Minggu pun, wartawan yang datang berjubel-jubel. Sehari sebelumnya, redaktur pelaksana sudah berpesan, jika acara Habibie akan jadi isu khusus. Ini artinya jadi cover belakang.

Sebetulnya saya letih juga. Soalnya baru beres-beres rumah sejak pagi. Tapi karena ini untuk cover, saya paksakan diri berangkat. Sepanjang jalan saya petakan, siapa saja yang bakal diwawancara. Prof. Habibie wajib dapat. Begitu pula Manoj Punjabi. Berikutnya aktor dan aktris pendukung; Bunga  Citra Lestari dan Rahadian Reza. Penulis skenario dan sutradara kalau bisa diwawancara pula. Pukul 15.00 tepat, sesuai permintaan Public Relation (PR) MD Entertainment, saya sudah sampai. Fotografer bahkan sudah tiba duluan.

Ternyata walau datang on time, tak menjamin bisa cepat dapat wawancara. Manoj rupanya belum nongol. Prof. Habibie baru sekitar pukul 16.00 datang.  Sambil nunggu, saya santap roti dan minum coca cola dingin. Tak lama, Manoj bersedia diwawancara. Di ruang kerjanya yang mewah, kami ngobrol ngalor ngidul. Usai wawancara, Manoj sempat berpose untuk diambil gambarnya. Jepret,jepret,jepret…”Oke, terima kasih ya pak?”kata Manoj pada fotogfrafer saya, yang meski masih muda tapi rambutnya sudah penuh uban.

Tantangan menarik mungkin saat harus wawancara Prof. Habibie.Sebetulnya saya sudah biasa wawancara orang besar. Para menteri, pejabat, anggota DPR dan aktor-aktris tenar. Bagi saya tidak masalah. Tapi betapa nervous-nya saya, saat dikasih waktu untuk wawancara Prof. Habibie. Saya dipersilahkan masuk ke ruangan Pak Manoj, dan di sana Prof. Habibie duduk di kelilingi oleh Pak Manoj, Bunga Citra Lestari, Reza Rahadian, dan semua pendukung film ‘Ainun-Habibie’.”Saya sendirian yang wawancara mba,”tanya saya pada PR MD Entertainment.
Reza Rahardian pemeran Habibie
Terbayang bagaimana saya harus jongkok di depan Prof. Habibie, ditengah tatapan puluhan pasang mata, termasuk para pengawal Habibie yang memenuhi ruangan. Saya sendirian, tidak ada yang lain. Semua wartawan berada di luar ruangan. Ini benar-benar wawancara eksklusif.  Biasanya sih berdua atau bertiga saja. Tapi, dengan tekad bulat, saya pancangkan niat untuk tidak grogi ditatap tamu lain. Anggap saja mereka sebagai batu,hehehe…Wawancara yang saya perkirakan berlangsung singkat itu, nyatanya melenceng dari harapan.

Prof. Habibie memang memiliki kebiasaan “buruk” –kalau mau dibilang begitu- jika diwawancara wartawan. Mungkin karena pengetahuannya yang luas, jika jurnalis bertanya satu, akan dijawabnya panjang lebar. Biasanya pembukaan dulu, kemudian isi, kesimpulan baru penutup. Ya, mirip skripsilah. Tidak to the point. Inilah yang terjadi sore itu. Saya sampai susah memotong perkataannya, dan para tamu lain seperti sudah tak sabar ingin segera bangkit dari tempat duduknya.

Manoj bisa paham. Tapi PR MD Entertainment  rupanya merasa tak enak. Konferensi pers harus segera dimulai. Waktu sudah beranjak sore. Dari belakang punggung Prof. Habibie, sang PR mengkode saya untuk segera menyelesaikan wawancara. Tapi, saya sendiri bingung dan tak enak hati memotong omongan Prof. Habibie. Beliau sedang asyik menjelaskan, masa langsung di cut dengan ucapan terima kasih. Kasusnya beda kalau yang ngomong bukan tokoh sekaliber Prof. Habibie. Ini mantan wakil presiden lho….

Habibie dan Ainun
Akhirnya moment untuk menghentikannya datang juga. Kala itu, Prof. Habibie sedang bicara begini,”Bagaimana sepasang anak manusia, yang bertemu dan kemudian menikah, meniti karir di negeri orang, dalam kondisi nothing hingga menjadi some body. Prianya menjadi orang nomor satu di republik ini, pemecah segala masalah bangsa. Wanitanya menjadi first lady. Semua terus bersatu. Bahkan setelah salah satunya pergi, tapi saya merasa kita tak pernah terpisahkan. Ini semua karena kekuatan cinta,”. Tanpa ragu, langsung saya katakan,”Oke terima kasih,pak,”. Clear. Wawancara selesai.

Lucunya saat konpers, kembali Prof. Habibie bicara panjang lebar. Tapi saya sudah tak peduli. Wong sudah dapat statemennya. Saya di luar saja. Bicara dengan seorang pegawai MD, yang orang Solo asli. Acara yang dirancang selesai sebelum maghrib akhirnya molor. Satu hal yang saya sesalkan, sore itu saya tak sempat mengabadikan Prof. Habibie dengan kamera poketku. Ini untuk jadi ilustrasi blog saya. Kalau di tabloid, semua aman karena fotografer sudah bekerja profesional.




No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!