“Saya mengagumi Aung San Suu Kyi, karena dia wanita
pertama di Asia yang meraih nobel perdamaian. Dia juga mengajari untuk
menegakan demokrasi tanpa kekerasan,”ujar Michelle Yeoh, aktris internasional
kelahiran Malaysia, terkait perannya sebagai Aung San Suu Kyi di film
terbarunya, The Lady. Hari-hari belakangan, film yang menceritakan perjuangan
Aung San Suu Kyi dengan Liga Nasional Demokrasi-nya di Myanmar itu memang
sedang gencar di putar di gedung bioskop tanah air.
Film The Lady secara gamblang menuturkan, bagaimana
rezim militer pimpinan Jenderal Tan Shwe menjalankan kekuasaannya. Yeoh-pun
harus menghadapi konsekusensi pahit. Ia masuk daftar hitam pemerintah Myanmar.
Keinginannya masuk ke Myanmar ditolak di Bandara Rangoon, meski kran keterbukaan
pelan-pelan sudah mulai dibuka,bertepatan dengan pembebasan Suu Kyi setelah 15
tahun menjalani tahanan rumah. Maklumlah. Penguasa baru masih didominasi
pensiunan jenderal yang sempat berkuasa saat junta militer Myanmar masih
berjaya.
Bintang Laga
Michelle Yeoh sendiri tak gentar dengan risiko yang
diperoleh. Saat proses audience dengan Suu Kyi untuk kepentingan pembuatan
film, ia juga berkali-kali dideportasi. Syuting harus dilakukan di Thailand.
Film besutan Luc Besson ini akhirnya bisa beredar di Myanmar, dalam bentuk
kepingan CD yang banyak dijual
dipasar-pasar. Yeoh mengaku tak kapok berperan menjadi tokoh penting,
meski harus menuai reaksi yang kadang membahayakan jiwanya.
Aktris bernama lengkap Dato Michelle Yeoh Choo-Kheng ini lahir di Ipoh, Perak, Malaysia, 6 Agustus
1962. Selain sebagai aktris, Yeoh juga seorang penari dan pernah tercatat dalam
daftar 50 Most Beautiful People in the World 1997 di majalah People.
Reputasinya sebagai pemain film sangat mumpuni. Lewat film Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000)
arahan sutradara Ang Lee, Yeoh bahkan masuk nominasi piala oscar. Sebelumnya,
ia dikenal sebagai salah seorang gadis Bond, dalam film Tommorow Never Dies.
Sebelum
memerankan tokoh politik, Yeoh sudah tak asing lagi dengan dunia politik. Orang
tuanya Janet Yeoh dan Yeoh Kian Teik, masing-masing berprofesi sebagai
pengacara dan politisi. Tapi darah seni agaknya yang lebih dominan dalam diri
Yeoh. Pada usia 4 tahun, dia mulai menggemari tarian balet. Namun akibat
mengalami cedera tulang belakang, Yeoh
tidak mampu mewujudkan impiannya menjadi seorang penari balet profesional. Ia beralih ke bidang koreografi dan berbagai
kegiatan seni lain, termasuk seni akting.
Saat
berumur 21 tahun, Yeoh mengawali karir dengan mengikuti
kontes kecantikan Malaysia. Yeoh
kemudian memenangkan kontes tersebut dan resmi menyandang gelar Miss Malaysia.
Selanjutnya, dia pun mewakili negaranya untuk mengikuti ajang Miss World yang saat
itu diselenggarakan di London. Dari sini, dunia akting mulai dirambahnya,
dengan membintangi beberapa film laga seperti Easy Money (1988), Police
Story 3: Supercop (1992), The Heroic Trio (1992), dan Tai-Chi Master (1993). Film-film ini menobatkannya sebagai
bintang laga nomor satu dunia dan semakin mengukuhkan Yeoh sebagai aktris
internasional.
Film The Lady sendiri sempat harus
melakukan proses syuting diam-diam. Luc
Besson sepertinya tahu kalau ia bakal menghadapi banyak kendala jika
sampai proses syuting dipublikasikan. Entah kapan Luc mulai produksi namun awal Januari 2012 lalu dikabarkan Michelle Yeoh
terlihat di Paris untuk mengakhiri masa produksi. Uniknya, Michelle Yeoh
konon berada di Bangkok untuk syuting The Lady bertepatan saat Aung San Suu Kyi di bebaskan
akhir tahun lalu.
Elizabeth Taylor
Bintang lain yang
juga pernah memerankan tokoh besar sejarah adalah Elizabeth Taylor. Aktris
Hollywood yang meninggal 2011 dalam usia 79 tahun ini berperan sebagai Ratu
Mesir Cleopatra dalam film berjudul
sama. Memang, sebelum film Cleopatra
dirilis tahun 1963, sebelumnya sudah ada film yang mengangkat sepak terjang
Cleopatra. Diantaranya Florence Lawrence
dalam film “Anthony and Cleopatra”, serta Helen Gardner melakonkan Cleo dalam
film “Cleopatra, The Quin of Egypt”.
Cleopatra yang diperankan Elizabeth Taylor sempat menuai kontroversi. Film garapan sutradara Joseph L. Mankiewicz ini hampir membangkrutkan 20th Century Fox. Film yang awalnya menganggarkan dana 2 juta dollar, membengkak menjadi 44 juta dollar. Cleopatra bertutur tentang perjuangan Kleopatra VII, Ratu Mesir, untuk melawan ambisi imperialis Roma. Seperti biasa, Cleopatra digambarkan sebagai ratu yang cerdas dan sangat cantik, hingga bisa menaklukan hati Julius Caesar dan Mark Antony. Elizabth Taylor, yang terkenal sebagai salah satu bintang cantik Hollywood, dipandang pas memerankan tokoh ini.
Aktris bernama lengkap Dame Elizabeth Rosemond Taylor, ini lahir di Hampstead, London, Inggris, 27 Februari 1932. Elizabaeth pernah dua memenangi Academy Award sebagai Aktris Terbaik. Ia pernah menikah 8 kali dan bercerai 7 kali (menjanda sewaktu ditinggal mati suami ke-3, Michael Todd), termasuk di antaranya dua kali menikah dan dua kali cerai dengan aktor Richard Burton.
Kematian Taylor didahului oleh berbagai masalah kesehatan selama bertahun-tahun. Pada tahun 2004 ia menderita gagal jantung kongestif. Tahun 2009 ia menjalani pembedahan jantung untuk mengganti katup bocor. Tahun 2011 gejala baru yang terkait gagal jantung kongestif menyebabkan dia menjadi pasien di Cedars-Sinai Medical Center. Di rumah sakit ini pula Taylor meninggal dikelilingi oleh empat anaknya.
Belakangan sineas Hollywood berencana memuat kisah hidup Elizabeth Taylor ke layar kaca. Adalah artis Lindsay Lohan yang ketiban sampur untuk berperan sebagai Liz Taylor. Menurut bos Lifetime Network, Rob Sharenow, Lindsay dinilai pantas memerankan artis sensasional tersebut. Selain itu, Rob juga tengah mencari aktor yang akan berperan sebagai soulmate dan suaminya Elizabeth, Richard Burton.
Christine Hakim
Dari
Indonesia, Christine Hakim adalah sosok yang berhasil memerankan tokoh
besar yang juga pahlawan nasional Cut
Nyak Dhien. Kisah perjuangan Cut Nyak Dhien memang
menarik para sineas Indonesia untuk mengangkatnya ke layar lebar. Eros Djarot
berhasil mengarahkan film berjudul Cut Nyak Dhien hingga menjadi film terbaik
Festival Film Indonesia tahun 1988.Film berdurasi 150 menit itu menceritakan perjuangan
Cut Nyak Dhien memerangi Belanda setelah bertemu dengan Teuku Umar.
Nama Christine Hakim sudah menjadi
jaminan kualitas akting.Aktris bernama lengkap Herlina
Christine Natalia Hakim
ini lahir di Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956. Meski dilahirkan di Jambi, namun orang tuanya
merupakan campuran Minangkabau, Aceh, Banten, Jawa, dan Lebanon. Hal inilah
yang menyebabkan Christine kecil sering mempertanyakan identitas dirinya.
Sepanjang
kariernya sebagai artis film Indonesia, Christine Hakim kerap mendapat pujian
dan meraih penghargaan piala Citra beberapa kali. Christine Hakim menjadi orang
Indonesia pertama yang menjadi juri dalam Festival
Film Cannes
di Perancis dan menjadi
aktris Indonesia pertama yang main film Hollywood yang berjudul "Eat Pray
Love", bersama artis Julia Roberts.
Film Cut Nyak Dhien dianggap
berhasil menggali lebih dalam, tak hanya mengenai sisi lain dari seorang Cut
Nyak Dhien, tetapi juga dari sisi para penjajah Belanda. Eros berhasil memperlihatkan dilema-dilema yang
dihadapi Cut Nyak Dhien sebagai seorang pemimpin dan juga menunjukkan sisi
kekerasan prinsipnya.
Film yang juga didukung oleh Slamet
Rahardjo (Teuku Umar), Piet Burnama (Panglima Laot), dan Rudy Wowor ini sempat
didaftarkan ke Academy Awards tahun 1990 untuk kategori Film Berbahasa Asing
Terbaik. Sayang ia tidak lolos dalam pencalonan nominasi. Namun, bukan berarti
film ini tidak mencetak prestasi di mancanegara. Film yang juga dibintangi oleh
Rosihan Anwar tersebut sempat ditayangkan di Festival Film Cannes pada tahun
1989 dan menjadi film Indonesia pertama yang masuk dalam ajang bergengsi
sekelas Cannes.
Bagi Christine, tak hanya pengakuan dari lembaga-lembaga besar yang mengukuhkan namanya sebagai legenda, penghargaan juga diraih dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang mengganjarnya sebagai aktris dengan "Pengabdian Sepanjang Masa". Christine menyebut penghargaan IKJ merupakan hal berbeda dibanding penghargaan lain yang pernah didapatnya. "Berbeda karena acara ini digelar tanpa dana besar dan hanya berdasarkan ketulusan hati," ujarnya.
Meryl Streep
Bunglon.
Itulah julukan bagi aktris Meryl Streep, karena kemampuan hebatnya merubah
watak sesuai tokoh yang diperankannya. Salah satunya, saat Meryl memerankan bekas
perdana menteri Inggris, Margaret Thatcher dalam film The Iron Lady. Akibat
dari totalitas perannya sebagai Margaret, Meryl mendapat piala Oscar untuk
ketiga kalinya. Ini menyusul piala Oscar dari film Kramer Vs Kramer
(79) sebagai best supporting actress dan Oscar kedua lewat film Sophie Choice.
Aktris bernama
lengkap Mary Louise Streep ini lahir di Summit, New Jersey, Amerika Serikat,
22 Juni 1949. Streep melakukan debut
pentas pertamanya dalam The Playboy of Seville pada tahun 1971 dan peran
pertamanya dalam film-televisi The Deadliest Season. Debut aktingnya
dimulai dalam film Julia pada tahun 1977.Sukses secara komersil membuatnya
kemudian berperan dalam The
Deer Hunter bersama Robert De Niro.
Streep adalah pemegang rekor nominasi terbanyak (aktor dan aktris) dalam
sejarah Oscar dengan 16 nominasi.
Tapi, tak hanya pujian, film The Iron Lady juga mendapat kritikan. Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengatakan penggambaran pendahulunya di Downing Street oleh Meryl Streep sebagai ''seni peran yang fantastis'', tetapi mempertanyakan waktu dalam film tersebut.''Ini adalah sebuah film yang lebih mengedepankan tentang penuaan dan elemen demensia (pikun) ketimbang menggambarkan seorang perdana menteri yang luar biasa''.
Tapi Phyllida Lloyd sutradara film ini membela karyanya. Kepada Evening Standard Lloyd mengatakan, ''Kami semua merasa bahwa menggambarkan seseorang yang mengalami pelemahan fisik dan kesehatan dan kelupaan bukanlah hal yang memalukan untuk ditayangkan di layar.'' Film Iron Lady dibuat dengan menggambarkan pada masa kini - ketika mantan perdana menteri digambarkan secara fisik dan mental melemah - tetapi juga berisi sejumlah adegan masa lalu di saat dia memimpin.
Yenny Rachman
Tak
jauh-jauh dari sosok pahlawan, aktris Yenny Rachman juga pernah memerankan
pahlawan nasional R.A. Kartini. Ini adalah film drama perjuangan Indonesia yang diproduksi
pada tahun 1984. Selain Yenny
Rachman, film yang disutradarai oleh Sjumandjaja ini juga dibintangi oleh Bambang Hermanto dan Adi Kurdi. Film yang
menceritakan perjuangan Kartini untuk kesetaraan hak kaum perempuan ini dibuat
berdasar buku 'Biografi Kartini' yang ditulis oleh (alm.) Sitisoemandari Soeroto.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!