Daftar Isi

Monday, June 4, 2012

suami siaga

Max Sopacua & istri
Tak baik berfikir negatif. Pesan ini, barangkali pas dengan kenyataan yang saya hadapi, saat sedang melobi Max Sopacua, wakil ketua umum Partai Demokrat. Bukan apa-apa. Awalnya, saya merasa begitu berat untuk mendapatkan komitmen dari beliau, agar mau diwawancara. Ada saja alasannya. Kadang Pak Max bilang sedang di luar negeri. Lain waktu pesan pendek saya tak dibalas. Kebetulan saya ingin mewawancarai beliau, untuk mengangkat profil keluarganya. Pikiran negatif saya saat itu, mungkin beliau punya istri dua. Jadi enggan diekspos cerita soal rumah tangganya.

Soalnya, bukan rahasia lagi banyak politisi kita yang berpoligami. Terutama dari PKS. Tapi banyak pula dari partai lain. Maklumlah. Mereka banyak duit. Jadi secara finansial mampu untuk menafkahi dua, atau tiga istri. It's oke. Begitu pun pada Pak Max. Saya akhirnya mundur, karena beliau nampaknya tak merespon dengan baik permintaan saya. Hingga satu ketika, sekitar akhir Mei 2012, saya kembali iseng mengirim pesan pendek. Tak disangka, Pak Max langsung bilang,"boleh, kapan mau?". Antara percaya dan tidak, saya langsung meminta segera. Bapak tinggal SMS saja waktu dan tempatnya. Nanti saya datang. Begitu balasan SMS saya.

Awalnya saya disuruh datang ke gedung DPR. Kantor beliau di lantai 9. Tapi karena Pak Max memberi kepastian satu jam sebelumnya, saya tanya sampai berapa lama di gedung dewan. Soalnya perjalanan dari kantorku ke gedung dewan bisa satu jam. Akhirnya beliau mengambil keputusan, sore saja dikabari lagi. Waktunya dan jamnya nanti di SMS. Hingga pukul 16.00, saya sempat bimbang. Pak Max belum juga mengirim kepastian. Saya sudah jalan pulang, karena istri minta saya segera merapat ke rumah. Tapi, sebelum saya pulang, saya kirim SMS lagi untuk meminta kepastian bertemu.Bunyinya,"Pak, jadi kita ketemuan hari ini?hehehehe".

Sekitar 15 menit pulang, saya iseng membuka blackberry. Busyet. Ternyata ada balasan dari Pak Max. Saya disuruh meluncur ke kolam renang Hotel Aryaduta, dekat Plaza Semanggi. Di dekat kolam renang ada gerai kopi. Tunggu di situ. Terpaksa saya putar balik.Cukup capai juga mencari hotel ini. Soalnya baru pertama kali datang. Saat saya tiba, seorang satpam mengantar ke kolam renang hotel. Di situ banyak anak-anak yang sedang berenang, termasuk seorang ibu muda yang sedang berbadan dua. Tak berselang lama, satpam memanggil. Ia disertai seorang pria bersafari, dengan kulit gelap dan badan tegap. Pria itu mengaku sebagai ajudan Pak Max. Saya disuruh nunggu di tepi kolam renang.

Ketika sedang mengecek BB, sang ajudan mendatangi saya. Pak Max sudah duduk tak jauh dari kursi saya. Beliau memakai kemeja dengan kancing atas dilepas satu. Senja sudah mulai menangkup Jakarta. Usai berkenalan sejenak, Pak Max memesan kopi. Saya minum ice lemmon tea. Sesudahnya, Pak Max banyak bercerita tentang keluarganya. Subahanallah. Ternyata beliau adalah pria yang setia. Istrinya sudah tiga tahun hanya bisa berbaring ditempat tidur, karena mengidap Alzheimer akut. Pak Max sudah membawanya berobat ke mana saja.Menemui dokter top yang bisa mengobati penyakit istrinya. Tapi kata dokter, penyakit itu belum ada obatnya. Jadi kemungkinan sembuh total kecil.

Menarik mendengar kisah Pak Max. Ia mengaku istrinya adalah segala-galanya. Soalnya, sejak dari awal menikah, sang istri tak pernah henti menjalankan shalat malam. Pak Max merasa, keberhasilan dia dan anak-anaknya, tak lepas dari doa sang istri. Tahun 1992, Pak Max memutuskan masuk Islam. Ia merasa, sebagai suami harus berkorban, demi sebuah kepentingan yang lebih besar."Ini juga sebagai perwujudan filosofi hidup yang saya anut. Bahwa seorang pemimpin adalah pribadi yang harus rela berkorban. Inilah pengorbanan saya sebagai pemimpin rumah tangga,"kata Pak Max. Beliau lantas menunjukan gambar-gambarnya bersama sang istri yang sedang sakit. Sungguh mengharukan.

Saya jadi ingat, Pak Max memang pernah mengatakan sedang mengobati istrinya. Waktu itu saya tidak menyangka, jika istrinya sedang sakit. Usai wawancara, Pak Max berjanji akan mengirim foto-foto keluarganya. Sehari kemudian, tiga fotonya mampir ke emailku. Hari berikutnya, kembali foto-foto keluarga Pak Max terkirim. Sepanjang perjalanan pulang,banyak pengalaman hidup yang bisa jadi pembelajaran orang seperti saya. Di sisi lain, saya juga merasa bersyukur bisa bertemu beliau, yang sejak saya SMP sudah mengagumi suaranya yang empuk saat membawakan berita di TVRI. Tabik...!!!

1 comment:

  1. ternyata pa Max itu muslim y....trim's infone kyeh.......dadi ngarti

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan anda!