Daftar Isi

Sunday, April 28, 2013

UJE


Ustaz Jefry Al Buchori
Sesaat setelah badan helikopter mendekat, jenasah yang meninggal langsung diusung secara estafet di atas kepala kerumunan massa, untuk dievakuasi.Puluhan orang tewas tergencet, lainnya pingsan karena berdesak-desakan. Semua mendekat. Semua ingin menggapai kain kafan jenasah Ayatullah Khomeini (86). Sekitar sepuluh juta warga Teheran mengiringi pemakaman Pemimpin Tertinggi Spiritual Republik Islam Iran itu ke Behez El Zahra (Taman Az Zahra), usai dinyatakan meninggal dunia 3 Juni 1989 silam. Mereka tak perduli, walau akhirnya harus meregang nyawa karena terinjak-injak atau kehabisan oksigen.

Dahsyat, sungguh dahsyat!Dalam pandangan mata anak baru gede yang senang membaca majalah bekas, laporan pemakaman Ayatullah Khomeini itu hingga kini masih terus membekas. Saya tak tertarik mengupas ideologi Syiahnya. Saya juga tak hendak memastikan, Khomeini bakal masuk surga karena pemakamannya yang sedemikian spektakuler. Tapi satu yang saya tangkap, begitulah imbalan setimpal jika sosok besar dan menginspirasi banyak orang harus meninggal dunia. Kesan itu, seolah terulang saat melihat pemakaman Ustaz Jefry Al Buchori, Jum’at (27/4) lalu.

Tentu tak adil membandingkan kiprah Khomeini dan Uje –begitu Ustaz Jefry Al Buchori biasa disapa. Mereka hidup dalam dimensi yang berbeda. Khomeini sosok agamawan dan juga politisi. Uje murni pendakwah. Khomeini menginspirasi generasi sesudahnya, karena kesederhanaannya yang ekstrim. Seorang pemimpin tertinggi sebuah negeri kaya minyak yang hanya mewariskan satu rumah petak kecil dan sejumlah buku puisi saat meninggalnya. Uje mencerahkan generasi seangkatannya, yang sedang berada dalam masa “pancaroba”.

Jika Khomeini disanjung, Uje tak berbeda jauh. Tapi inilah adab yang memang harus dilakukan.  Meski dalam beberapa hal, ada yang terasa kurang pas. Saya tak hendak memvonis, soal beredarnya blackberry messenger (BBM) yang mengabarkan Habib Mahdi melihat Uje muncul bersama 7 kyai lain di TPU Karet Tengsin, Jakarta Pusat, dengan Uje menyaksikan jasadnya diturunkan ke liang lahat, sebagai sesuatu yang keliru. Termasuk kabar yang beredar disertai foto, jika awan membentuk posisi orang berdoa, saat pemakaman Uje berlangsung.

Sebagai anak bangsa yang juga menyaksikan sosok mantan Presiden Soeharto dan Gus Dur mangkat, saya mencoba memahami psikologis orang Indonesia yang melodramatis. Dalam beberapa hal, kondisi ini juga dipengaruhi oleh sifat masyarakat agraris, yang masih percaya pada hal-hal ghaib. Konon sebelum Soeharto wafat, liang lahatnya di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah meledak. Begitupun usai jenasah Gus Dur dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, hujan deras yang membuat makamnya ambles dimaknai sebagai pertanda lain soal kewaskitaan Gus Dur.

Dibanding Soeharto dan Gus Dur, Uje bukanlah sosok yang dekat dengan dunia metafisika. Tak heran, saat BBM itu beredar, sejumlah tanya muncul dibenak saya. Siapa tujuh kyai yang muncul bersama Uje di pemakaman, hingga kini Habib Mahdi juga belum merinci. Termasuk, bagaimana mengidentifikasi mereka dengan tepat, di tengah lautan manusia yang mayoritas berbusana koko dan berpenutup kepala warna putih. Lebih mengundang tanya lagi, saat BBM itu menyuruh sang penerima untuk meneruskannya ke pihak lain. Di jamin, katanya, dalam dua jam berikutnya akan mendapat kabar baik.  
foto lama yang ternyata diambil di Cilandak Town Square
Saat melihat foto awan yang mirip orang sedang berdo’a, yang ternyata foto lama, ingatan saya justru meluncur terhadap sikap Rasululloh Muhammad, kala kematian putranya yang bernama Ibrahim dibarengi dengan fenomena alam berupa gerhana bulan. Saat itu, banyak orang meyakini, terjadinya gerhana karena kematian putra nabi. Namun, nabi kemudian membantahnya dengan tegas. Intinya, fenomena alam yang terjadi berbarengan dengan kelahiran dan kematian seseorang, tidaklah ada sangkut pautnya. Itu murni tanda-tanda kekuasaan Allah.Begitu sabda nabi. Tidak ada tafsir lain.

Mangkatnya Uje sudah pasti menjadi kehilangan kita bersama. Saat kematangan emosional dan intelektual konon mulai terwujud di usia 40 tahun, ia justru harus menemui Tuhannya. Ini takdir, dan sebagai makhluk yang beriman kita harus menerimanya dengan ikhlas.”Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati,”kata Allah (QS. 21:35). Namun jika syetan telah gagal membujuk orang-orang untuk ikut datang dan mendoakan Uje, jangan biarkan ia sukses dengan skenario berikutnya. Banyak cara, salah satunya lewat berita BBM yang tak jelas juntrungannya.

Siapa bisa menjamin setelah menyebarkan BBM itu dua jam kemudian bakal mendapat kabar bahagia? Derajat pesan ini tak lebih dari pesan-pesan lain yang bertebaran, dengan ancaman jika tidak disebarkan akan mendapat kabar duka. Celakanya, kondisi ini kerap dipercaya mayoritas masyarakat kita. Padahal Uje sendiri semasa hidup selalu berpesan agar terus menebar kebaikan, karena kita tidak tahu apa yg bakal terjadi 5 menit ke depan. Entah kabar bagus, atau justru kematian.

Penghargaan yang layak telah Uje dapatkan di akhir hidupnya. Bagaimanapun,di tengah kontroversi metode dakwahnya, ia telah memberikan pencerahan. Baik lewat isi ceramah maupun kisah hidupnya yang dramatis. Uje juga pendakwah yang getol memberantas takhayul di kalangan jemaahnya. Ia tak tergantikan. Jika Uje telah berbaring tenang di tengah doa-doa yang terus didaraskan orang-orang terkasihnya, tugas kita untuk tidak membiarkan ia “gelisah” melihat polah orang-orang yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tidak ada tawaran lain. Tidak ada pilihan lain, agar hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi! Yuk, kita tolak BBM ngaco itu…Wallahua’am bishowab.

4 comments:

  1. http://m.kaskus.co.id/post/517b4f1cdb92480f1d000000#517b4f1cdb92480f1d000000

    baca ini dulu gan sebelum bikin berita @_@

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih...Tapi ini bukan berita gan.Ini opini bebas yang bisa dilawan dengan opini juga,hehehe

      Delete
  2. iseng bacain 1-1, untold story nya tidak berupa "untold story" ya? maksudnya ngga ada yang beda dengan yang sudah ada di media.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya,hehe...ini folder opini bebas.tar kalo ada cerita tersembunyi,aku tls n masukin ke folder the untold story...tp soal awan, media tak melawannya,spt tulisan di atas khan,hehehe

      Delete

Terima kasih atas kunjungan anda!