Daftar Isi

Monday, April 1, 2013

Klenik dan Selebriti Kita

Baiklah, mungkin perlu sedikit diungkap fakta ini. Usai pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki (TIM) ,Jakarta,  6 April 1977, wartawan dan budayawan Mochtar Lubis banyak menuai tanggapan publik. Secara lugas, ia memang menyebut banyak ciri-ciri negatif orang Indonesia. Salah satunya; percaya klenik dan benda-benda keramat. Pro kontra sempat muncul dengan keras. Namun, hingga Mochtar meninggal, ia tetap bersikukuh dengan asumsinya.

Sebagai generasi yang lahir belakangan, saya tak tahu persis bagaimana kondisi psiko-sosial masyarakat kala itu. Mungkin pengarang handal itu punya data valid. Terbukti dalam perjalanan waktu, “tudingan” Mochtar itu menemui kebenaran. Film-film klenik kini laris manis di pasaran. Bahkan saat reformasi menghempas dinding penyekat pucuk kekuasaan, publik dengan gamblang melihat, negara ini selama 30 tahun lebih dikelola dengan melibatkan begitu banyak penasihat spiritual di sisi presiden.

Orang pintar, paranormal, cenayang, atau apapun sebutannya, memang tak hanya ada di dekat penguasa orde baru. Saat orde lama, hal itu juga bukan sesuatu yang tabu. Ini seperti mengulang kisah-kisah silam. Bagaimana Kaisar Persia Darius selalu melibatkan ahli nujum saat mengambil keputusan, walau akhirnya ia tumbang ditangan Alexander Yang Agung penguasa Macedonia.

Dalam kitab suci Al Qur’an pun disebut, Fir’aun berupaya mengalahkan Musa dengan bantuan ahli sihir.  Di zaman modern, sosok yang paling terkenal adalah Rasputin, dukun sakti  yang punya pengaruh kuat terhadap Tsar Nicholas II dari Rusia, sebelum revolusi Bolshevik menumbangkannya. Mungkin karena keberadaannya yang kerap dibutuhkan, dari zaman ke zaman, dari waktu ke waktu, eksistensi paranormal tak tergoyahkan, bahkan ketika banyak pihak menuduh mereka sebagai irasional dan “sesat”.

Menariknya, tak hanya lekat dengan politisi papan atas, praktik paranormal juga sudah lama merambah pada para pelaku dunia hiburan. Boleh jadi selama ini hanya sebatas bisik-bisik. Ketika Adi Bing Slamet mengungkap fakta begitu banyak selebritis kita yang “berurusan” dengan orang pintar, terutama untuk memastikan kelancaran urusan mereka, kita seperti ternganga. Padahal keluh kesah Adi hanya peristiwa kecil, ibarat fenomena gunung es. Terlihat sedikit di atas, tapi di bawahnya tertutup lautan luas.

Selama ini semuanya tersaji dengan gamblang. Acara-acara infotainment tak ragu menjadikan mereka sebagai nara sumber. Media cetak hiburan senang memberi kapling soal ramalan masa depan artis,situasi tahun baru dan soal tebak menebak kasus yang melilit bintang tenar. Tak jarang, sang paranormal bahkan ditarik untuk kuyup dan terlibat dalam pentas-pentas hiburan, yang amat jauh dari kompetensi mereka. Semua seperti menjadi biasa. 

Ada yang bilang, ini buah dari sistem politik ekonomi kapitalis liberal. Karakter dan moral populis dan sosialis telah berubah menjadi materialis dan individualis. Persaingan mendapatkan job sesama penghibur begitu ketat. Bintang baru silih berganti muncul.  Dalam kondisi tak menentu seperti ini, merujuk pada tudingan Mochtar Lubis, jimat dan mantera bisa menjadi alat sugesti jika keamanan finansial dan kesehatan kita tetap terjaga. Agar terlihat lebih agamis, tak jarang praktik itu dibalut dengan kutipan ayat-ayat suci, termasuk penyebutan sang paranormal yang dibingkai sebagai penasihat spiritual.

Tentu tidak semuanya salah. Banyak pula selebritis kita, yang karena terlalu sibuk bergelut dengan urusan dunia, menjadi tertolong dengan kehadiran ahli spiritual. Ada pencerahan, ada asupan rohani yang membuat jiwa mereka yang kerontang menjadi segar dan kembali percaya diri.  Inilah modal terpenting dari geliat kreatifitas seorang penghibur, yang dituntut untuk selalu prima di depan layar kaca.

Sebab, jika direnung-renung, tak hanya soal rejeki para pesohor   tak percaya diri, jika semuanya sudah diatur Tuhan. Untuk soal kemampuan badan pun, mereka tak percaya jika Yang di Atas sudah menyetelnya dengan sempurna. Banyak artis yang sengaja “memacu” metabolisme tubuh dengan obat-obat penguat, ketika tawaran pekerjaan deras menerpa.  Padahal ketika badan kita sakit, setelah kelelahan bekerja keras tanpa dopping, sebetulnya itulah saat Tuhan menyalakan “alarm” agar metabolisme tubuh kita diistirahatkan. Diri kitalah yang tahu, kapan bekerja, kapan berhenti bergerak.

Kompleksitas masalah Adi Bing Slamet dan Eyang Subur,
pasti hanya mereka berdua yang tahu. Mungkin Adi sedang mengambil posisi amar makruf nahi mungkar –menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran.  Jika niat ini yang diambil, Adi bisa dikatakan sedang berjihad, karena ia sedang mengungkap kedustaan dan kebatilan. Tentu dengan syarat, Adi bisa membuktikannya. Karena hingga kini, publik sendiri masih bingung, mendapati berbagai pembelaan dari pesohor lain, yang mengatakan tuduhan Adi tidak valid.

Terlepas dari semuanya, perspektif teologis mungkin bisa sedikit membantu memberi pencerahan. Quran surat An-Naml ayat 65 jelas-jelas menyebut, tidak ada satu pihak pun yang tahu perkara ghaib, kecuali Tuhan. Termasuk keamanan dan rejeki kita. Firman Tuhan ini dikhususkan lagi “juklak”nya oleh baginda Nabi Muhammad. Ia dengan tegas bersabda, jika ada yang datang dan bertanya pada orang “pintar”, meski kita tidak percaya, pahala shalatnya selama 40 hari akan terhapus. Jika bertanya dan tak percaya jawaban sang dukun saja sudah begitu berat hukumannya, apalagi percaya dan bahkan jadi pengikutnya.Astaghfirullahaladzim.

1 comment:

  1. brg siapa bertanya kpd dukun/orang pintar & mempercayainya, maka dia telah kafir thd Muhammad Sholallohualaihiwassalam......ngeri nemen sung.......

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan anda!