Baiklah, mungkin perlu
sedikit diungkap fakta ini. Usai pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki
(TIM) ,Jakarta, 6 April 1977, wartawan
dan budayawan Mochtar Lubis banyak menuai tanggapan publik. Secara lugas, ia memang
menyebut banyak ciri-ciri negatif orang Indonesia. Salah satunya; percaya
klenik dan benda-benda keramat. Pro kontra sempat muncul dengan keras. Namun, hingga
Mochtar meninggal, ia tetap bersikukuh dengan asumsinya.
Sebagai generasi yang
lahir belakangan, saya tak tahu persis bagaimana kondisi psiko-sosial
masyarakat kala itu. Mungkin pengarang handal itu punya data valid. Terbukti dalam perjalanan waktu, “tudingan” Mochtar itu
menemui kebenaran. Film-film klenik kini laris manis di pasaran. Bahkan saat
reformasi menghempas dinding penyekat pucuk kekuasaan, publik dengan gamblang
melihat, negara ini selama 30 tahun lebih dikelola dengan melibatkan begitu
banyak penasihat spiritual di sisi presiden.
Orang pintar, paranormal,
cenayang, atau apapun sebutannya, memang tak hanya ada di dekat penguasa orde
baru. Saat orde lama, hal itu juga bukan sesuatu yang tabu. Ini seperti
mengulang kisah-kisah silam. Bagaimana Kaisar Persia Darius selalu melibatkan
ahli nujum saat mengambil keputusan, walau akhirnya ia tumbang ditangan
Alexander Yang Agung penguasa Macedonia.
Dalam kitab suci Al Qur’an
pun disebut, Fir’aun berupaya mengalahkan Musa dengan bantuan ahli sihir. Di zaman modern, sosok yang paling terkenal
adalah Rasputin, dukun sakti yang punya
pengaruh kuat terhadap Tsar Nicholas II dari Rusia, sebelum revolusi Bolshevik
menumbangkannya. Mungkin karena keberadaannya yang kerap dibutuhkan, dari zaman
ke zaman, dari waktu ke waktu, eksistensi paranormal tak tergoyahkan, bahkan
ketika banyak pihak menuduh mereka sebagai irasional dan “sesat”.
Menariknya, tak hanya
lekat dengan politisi papan atas, praktik paranormal juga sudah lama merambah
pada para pelaku dunia hiburan. Boleh jadi selama ini hanya sebatas
bisik-bisik. Ketika Adi Bing Slamet mengungkap fakta begitu banyak selebritis
kita yang “berurusan” dengan orang pintar, terutama untuk memastikan kelancaran
urusan mereka, kita seperti ternganga. Padahal keluh kesah Adi hanya peristiwa
kecil, ibarat fenomena gunung es. Terlihat sedikit di atas, tapi di bawahnya
tertutup lautan luas.
Selama ini semuanya
tersaji dengan gamblang. Acara-acara infotainment tak ragu menjadikan mereka
sebagai nara sumber. Media cetak hiburan senang memberi kapling soal ramalan
masa depan artis,situasi tahun baru dan soal tebak menebak kasus yang melilit
bintang tenar. Tak jarang, sang paranormal bahkan ditarik untuk kuyup dan
terlibat dalam pentas-pentas hiburan, yang amat jauh dari kompetensi mereka.
Semua seperti menjadi biasa.
Ada yang bilang, ini buah
dari sistem politik ekonomi kapitalis liberal. Karakter dan moral populis dan
sosialis telah berubah menjadi materialis dan individualis. Persaingan
mendapatkan job sesama penghibur
begitu ketat. Bintang baru silih berganti muncul. Dalam kondisi tak menentu seperti ini, merujuk
pada tudingan Mochtar Lubis, jimat dan mantera bisa menjadi alat sugesti jika
keamanan finansial dan kesehatan kita tetap terjaga. Agar terlihat lebih
agamis, tak jarang praktik itu dibalut dengan kutipan ayat-ayat suci, termasuk
penyebutan sang paranormal yang dibingkai sebagai penasihat spiritual.
Tentu tidak semuanya
salah. Banyak pula selebritis kita, yang karena terlalu sibuk bergelut dengan
urusan dunia, menjadi tertolong dengan kehadiran ahli spiritual. Ada
pencerahan, ada asupan rohani yang membuat jiwa mereka yang kerontang menjadi
segar dan kembali percaya diri. Inilah
modal terpenting dari geliat kreatifitas seorang penghibur, yang dituntut untuk
selalu prima di depan layar kaca.
Sebab, jika
direnung-renung, tak hanya soal rejeki para pesohor tak percaya
diri, jika semuanya sudah diatur Tuhan. Untuk soal kemampuan badan pun, mereka
tak percaya jika Yang di Atas sudah menyetelnya dengan sempurna. Banyak artis
yang sengaja “memacu” metabolisme tubuh dengan obat-obat penguat, ketika tawaran
pekerjaan deras menerpa. Padahal ketika
badan kita sakit, setelah kelelahan bekerja keras tanpa dopping, sebetulnya itulah saat Tuhan menyalakan “alarm” agar metabolisme
tubuh kita diistirahatkan. Diri kitalah yang tahu, kapan bekerja, kapan
berhenti bergerak.
Kompleksitas masalah Adi
Bing Slamet dan Eyang Subur,
pasti hanya mereka berdua yang tahu. Mungkin Adi sedang mengambil posisi amar makruf nahi mungkar –menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran. Jika niat ini yang diambil, Adi bisa dikatakan sedang berjihad, karena ia sedang mengungkap kedustaan dan kebatilan. Tentu dengan syarat, Adi bisa membuktikannya. Karena hingga kini, publik sendiri masih bingung, mendapati berbagai pembelaan dari pesohor lain, yang mengatakan tuduhan Adi tidak valid.
pasti hanya mereka berdua yang tahu. Mungkin Adi sedang mengambil posisi amar makruf nahi mungkar –menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran. Jika niat ini yang diambil, Adi bisa dikatakan sedang berjihad, karena ia sedang mengungkap kedustaan dan kebatilan. Tentu dengan syarat, Adi bisa membuktikannya. Karena hingga kini, publik sendiri masih bingung, mendapati berbagai pembelaan dari pesohor lain, yang mengatakan tuduhan Adi tidak valid.
Terlepas dari semuanya, perspektif teologis mungkin bisa sedikit membantu memberi pencerahan. Quran surat An-Naml ayat 65 jelas-jelas menyebut, tidak ada satu pihak pun yang tahu perkara ghaib, kecuali Tuhan. Termasuk keamanan dan rejeki kita. Firman Tuhan ini dikhususkan lagi “juklak”nya oleh baginda Nabi Muhammad. Ia dengan tegas bersabda, jika ada yang datang dan bertanya pada orang “pintar”, meski kita tidak percaya, pahala shalatnya selama 40 hari akan terhapus. Jika bertanya dan tak percaya jawaban sang dukun saja sudah begitu berat hukumannya, apalagi percaya dan bahkan jadi pengikutnya.Astaghfirullahaladzim.
brg siapa bertanya kpd dukun/orang pintar & mempercayainya, maka dia telah kafir thd Muhammad Sholallohualaihiwassalam......ngeri nemen sung.......
ReplyDelete