Daftar Isi

Friday, April 20, 2012

Sekali Lancung ke Ujian

Pernah dengar laki-laki tuna netra yang memiliki prestasi mengagumkan layaknya orang normal. Saya tak mau menyebut namanya. Tapi laki-laki berinisial RM ini memang benar-benar mengagumkan. Saat saya hendak mewawancarainya, saya harus berhubungan dulu dengan asistennya. Ketika sudah bertemu, saya tanya kenapa harus menggunakan asisten.Dia bilang agar bisa efisien. Saya tertarik untuk mewawancarainya, karena ia baru saja di blow up oleh media karena gebrakannya yang dahsyat. Selain menjadi motivator yang diundang di berbagai forum, dia juga jadi wartawan freelance dan penulis buku. Tak kalah hebat, dia berhasil menciptakan komposisi musik untuk sebuah permainan game.

Pertanyaan pertama tentu bagaimana ia menulis di komputer. Saat saya sambangi, ia mempraktekan skill-nya di depan PC, hingga bisa menulis layaknya punya penglihatan normal. Semua huruf di keyboard sudah hafal di luar kepala. Sementara untuk mengoperaikan fitur lain, komputernya di program khusus hingga bisa mengeluarkan suara perintah. Si RM ini lantas dengan cepat bisa menulis, tanpa ada halangan. Wah, pantas saja dia mengklaim sebagai jurnalis paroh waktu. Luar biasa....

Di rumah orang tuanya yang asri di Bekasi, puluhan tropi kejuaraan berderet di mana-mana. Begitu pula piagam penghargaan.Menggantung di sudut-sudut strategis, seolah menjadi penanda dengan siapa saya berhadapan. Foto terakhir dia saat menerima penghargaan sebagai remaja teladan dan berprestasi juga terpampang. Di situ RM sedang bergaya dengan pedang Star Wars miliknya bersama artis Olivia Zalianty. Oh, ya, si RM ini juga penyuka dan kolektor pedang Star Wars. Dia bahkan mengoleksi satu pedang yang bisa menyala berkedip-kedip itu yang harganya Rp 10 juta. Busyet dah...Rp 10 juta.

Memang penghasilannya sebagai pembicara lumayan gede. RM juga mengaku sengaja menggunakan asisten, supaya nilai tawarnya tinggi di mata para peminat cuap-cuapnya. Tapi saya tak berhasil mengorek angkanya. Cuma sang asisten, perempuan cantik yang tinggal di Kemayoran, mengakui dalam sebulan bisa 4-5 kali undangan ceramah. Coba kalikan dengan tarifnya yang sudah bilangan juta. Kebutaan matanya seolah menjadi sesuatu yang tidak bisa menjadi penghambat kreativitasnya. Pantas saja dia dinobatkan sebagai remaja teladan. Tidak kalah dengan motivator yang punya penglihatan normal.


Saat saya berkunjung, kedua orang tuanya sedang bekerja. Kalau melihat kondisi kediamannya, orang tua RM bisa dibilang berada. RM pun bercerita, bagaimana ia mendapat semua fasilitas yang dibutuhkan, hingga potensinya berkembang maksimal. Tak pernah dibeda-bedakan dengan saudara kandungnya yang memiliki penglihatan normal. Karena motivasi orang tua dan didikan yang tepat, RM tumbuh dengan segudang imajinasi dan ambisi, terutama menjadi remaja tuna netra berprestasi.

Usai wawancara, tak henti-henti saya mengagumi. Sepanjang jalan Bekasi-Jakarta, saya seolah merasa malu, karena sebagai laki-laki yang dikaruniai panca indera yang utuh, belum bisa mencapai prestasi sehebat itu. Hasil wawancara itu memang akhirnya tidak dipublikasikan. Bukan apa-apa. Ternyata umur RM sudah 29 tahun -sebuah umur yang terlalu tua untuk masuk dalam rubrik yang maksimal berumur 22 tahun. Karena tak jadi naik, saya terpaksa tidak memberitahukan pada RM. Tidak enak rasanya sudah dikasih waktu, tapi gagal terbit.

Cukup lama saya tak mendengar kabarnya. Hingga satu ketika, betapa terkejutnya saya, saat sebuah berita melansir kecurangan RM. Dia dituduh menjiplak aransemen musik yang diakui sebagai hasil karyanya. Ironisnya, berita itu benar adanya. Tak pelak, RM pun terpojok. Memang tak ada pembelaan secara langsung dari RM yang saya dengar. Tapi berita itu benar-benar telah menghancurkan reputasi RM. Saya sempat berkomunikasi dengan asistennya, sang dara dari Kemayoran. Dia membenarkan kondisi sulit yang dialami RM. Bahkan si asisten mengaku sudah mengundurkan diri.

Saya tentu saja sangat menyayangkan sikap RM. Bayangkan, dengan prestasi yang seabrek begitu, harus hancur hanya karena penjiplakan aransemen musik. Tentu saya tidak meragukan kemampuannya. Tropy dan piagam penghargaan menjadi bukti, tanpa RM banyak berkata-kata siapa dirinya. Tapi pelajaran terpenting dari kasus ini barangkali, integritas dan reputasi itu sangat susah untuk dipertahankan. Sekali kita berbuat konyol, maka kejadiannya seperti panas setahun dihapus hujan sehari. RM sudah merasakan dan mudah-mudahan ia tidak patah semangat!

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!