![]() |
CR7 dan Irina,model jelek asal Rusia |
Telepon
genggam saya berdering Minggu (23/6) siang, dan seorang perempuan mengeja nama
saya dengan takzim.”Mas Ariful Hakim?”ucapnya. Saya mengiyakan. Si perempuan,
yang belakangan saya panggil Ibu Fika Kansil, mencocokkan nama saya untuk tiket ke
Bali, sesuai pemberitahuan dua hari sebelumnya. Kata Bu Fika, nanti
berangkatnya Selasa (25/6) pagi. Mega bintang sepak bola asal Portugal,
Cristiano Ronaldo, akan datang ke Bali dan menanam pohon bakau bersama Pak
Beye. Walau saya lebih ngefans Lionel Messi, tapi demi tugas okelah perjalanan
itu saya lakoni.
Ada
dua hal yang membuat pengalaman liputan pemain Real Madrid yang biasa disapa
CR7 ini meninggalkan kesan tak enak. Pertama, kerja panitia yang acakadut.
Kedua, sikap CR7 yang suka mengubah-ubah jadwal yang sudah diberikan panitia
pada wartawan. Sehari sebelum berangkat, saya mesti dateline naskah hingga
pagi. Selasa (25/6) pukul 02.00 WIB, setelah naskah kelar, saya ngebut pulang
ke rumah. Tiba di rumah pukul 03.00 WIB, ambil tas, langsung balik lagi ke kantor. Dari kantor, sekitar
pukul 04.15 naik taksi ke bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Saya
memang lumayan kesal, karena semua serba mendadak. Bayangkan, pemberangkatan
pesawat ke Bali Selasa pukul 07.00 WIB
baru saya terima Senin pukul 23.00 WIB. Mungkin dikiranya saya sudah
leyeh-leyeh di rumah. Kelon sama bini. Padahal sejak Senin pagi, saya jaga
gawang sampai malam di kantor. Dalam kondisi tidak tidur semalaman, tiba di
bandara Soekarno-Hatta pun tak ada satu panitia dari Artha Graha Peduli (pihak pengundang),
yang menunggu. Saat saya BBM, Ibu Fika bilang, ketemu di Bali saja ya?Di Hotel
Discovery Kartika Plaza. Beuh...aya-aya wae.
Sebagai
jurnalis yang biasanya tinggal terima beres, terpaksa saya bayar airport tax
sendiri. Berangkat sendirian kayak orang hilang. Bahkan sampai di Bandara Ngurah
Rai, sekitar pukul 09.00 WITA, lagi-lagi tak ada panitia yang bisa ditemui.
Saya BBM lagi, kali ini saya disuruh naik taksi sendirian lagi ke hotel. Untunglah saya cukup hati-hati, meski
akhirnya harus bayar Rp 50 ribu untuk jarak yang begitu dekat. Ini taksi borongan.
Tak ada argonya. Mobilnya saja merk Honda City. Tapi sudahlah, yang penting
selamat sampai hotel.
Lagi-lagi
ujian kesabaran harus saya lalui, usai registrasi di media centre. Saya di
suruh chek in. Tapi begitu ke resepsionis, kamar jatah saya baru bisa dibuka
pukul 14.00 WITA. Eh, busyet deh. Saya sempat ngomong ke panitia. Tapi alasan
mereka, katanya nama saya baru masuk.”Lha, saya sudah ditelepon sejak minggu
je...,”kata saya. Tapi tetap saja, kunci kamar tertahan. Terpaksa saya tidur di
kursi lobi. Saat perut lapar, saya coba keluar hotel. Dalam bayangan saya,
siapa tahu ada warteg yang bisa dimasuki.
Tapi
saya lupa. Ini Bali bung. Apalagi hotel
yang saya tempati berada tepat di depan pantai Kuta. Semuanya restoran mahal.
Ah, males buat makan harus buang-buang duit. Untung saja ada pedagang keliling.
Orangnya naik sepeda motor. Ia menjajakan nasi, lauk, dan makanan camilan. Gaya
pakaiannya lumayan membuat saya terhibur. Sandal ungu, kaos kaki, helm, baju,
dan celana semua serba ungu. Wow,
rupanya si mpok ini penggemar band Ungu ya? Saya beli dua bungkus kacang rebus.”Harganya
dua ribu,”ujarnya.Lumayan buat mengganjal perut.
Ubah-ubah
Jadwal
Pukul
13.00 saya bilang terus terang sudah lapar pada panitia. Saya disuruh menuju
restoran Pond, yang berada dilantai bawah hotel. Usai menyantap nasi, daging,
udang dan buah, saya sambangi lagi resepsionis. Alhamdulilah, akhirnya kunci
kamar diberikan. Sore itu, saya masuk ditemani seorang kameramen tayangan
C&R. Dalam rundown acara, CR7 akan datang pukul 23.00 dan kita diagendakan
untuk meliput di Bandara Ngurah Rai. Tapi sekitar pukul 21.00, saya ditelepon
panitia. Peliputan Ronaldo dibatalkan. “Manajemennya bilang, biar Ronaldo bisa
fit,”kata si mbak panitia. Ya, sudah, mending tidur saja.
Acara
hari Rabu (26/6), pagi-pagi sekitar pukul 06.30 harus sudah siap-siap di lobby
hotel. Semua jurnalis akan di bawa ke Tanjung Benoa, tempat CR7 dikukuhkan
sebagai duta mangrove bersama Pak Beye. Untunglah saya tidak terlambat bangun.
Dengan bus kecil, kami berangkat ke Tanjung Benoa. Sampai di sana sekitar
pukul 08.00. Ratusan tamu undangan sudah datang. Begitu juga anak-anak SD yang
disuruh menyambut Pak Beye.
Kita
standby bukan dalam hitungan menit. Tapi hampir dua jam lebih, baru CR7 datang.
Sepuluh menit kemudian Pak Beye dan Bu Ani tiba. Repotnya, karena ada R1, semua
jurnalis tidak boleh moving untuk mengambil gambar. Kalau sudah ambil posisi di
satu tempat, ya harus disitu terus. Akhirnya saya pilih di sisi panggung tempat
penanaman pohon bakau. Konsekwensinya, saya tak bisa memotret acara seremonial.
CR7
nampak tersenyum-senyum di sisi Pak Beye, saat acara penanaman dimulai. Ia
mengenakan kaos biru dan celana jins, dengan sepatu putih. Tak butuh lama, CR7
dan Pak Beye segera meninggalkan tempat acara. Jika Pak Beye langsung ke hotel,
CR7 masuk ke dalam tenda untuk rehat. Tak ayal, banyak orang-orang yang
menunggunya keluar. Ada yang bawa kaos dan sepatu untuk ditandatangani.
Penjagaan
ketat polisi, tentara dan pecalang, membuat semua upaya penggemar CR7 meminta
tanda tangan gagal total. CR7 langsung masuk mobil Alphard, dan bahkan tidak
membuka kaca. Panitia hanya menjanjikan pada peliput, konperensi pers akan
diadakan pukul 14.00 WITA. Dengan kondisi lemas dan panas, akhirnya saya
mencari bus untuk kembali ke hotel.
Usai
rehat sejenak di kasur hotel yang empuk dengan AC sedingin salju, ada
pemberitahuan, jumpa pers diundur pukul 17.00. Ya sudahlah, saya pakai untuk
molor lebih lama. Pukul 17.00 saya bergegas ke restoran Pond, lokasi jumpa
pers. Saya berfikir sudah terlambat. Tapi, sampai di sana, acara jumpa pers
ternyata kembali diundur pukul 19.00. Hadeuh, slompret.”Pihak manajemen CR7
yang minta mas,”ujar cewek cantik yang jaga buku registrasi. Ampun.
Akhirnya
saya pakai untuk makan,sembari menunggu
pukul 19.00. Ada pengalaman menggelikan, saat saya sedang menyendok nasi.
Seorang bule perempuan tiba-tiba membungkuk melihat jam tangan saya.”Time o’clock,”katanya
cepat. Karena kepala saya lagi kesal, saya sodorkan saja arloji dekat kepalanya
dan ia menyambar dengan cepat,”Five o’clock?”.”Yes...”ujarku sok nginggris.
Tapi
sepeninggal bule itu, saya jadi tertawa terpingkal-pingkal. Soalnya jam tangan
saya masih menunjukkan Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB) alias terlambat satu
jam. Jadi mestinya di Bali sudah pukul 18.00 alias jam enam. Untung saja bule
itu lantas menghilang. Saya nggak tahu bagaimana caranya ngobrol, kalau dia
komplain atau ngomel-ngomel. Maklumlah, wong ndeso ora bisa basa Inggris!Ngok...
Rebutan
Foto
Ada
permintaan aneh bin nyleneh, sebelum Ronaldo memasuki ruangan jumpa pers.
Pertama, tidak boleh memotret memakai blits. Kedua, kalau mau motret, jangan
kedengaran bunyi “klik”. Syarat terakhir ini diprotes teman-teman. Bagaimana
mau memotret tanpa kedengaran “krek”?Sudah dari sononya kamera model
profesional yang ada suaranya “ceklik” kalau nembak sasaran. Apa mesti suaranya
di ubah jadi “brot”. Protes ini akhirnya diterima.
Saat
muncul, Ronaldo pakai baju putih dan celana jins, cengengesan di depan,
menjawab pertanyaan moderator, tapi tidak membuka sesi tanya jawab dengan
jurnalis. Rupanya panitia takut, ada wartawan yang tanya kenapa pacarnya, Irina
Shayk ngumpet mulu?Ada juga yang mau minta komentar soal pelatih baru Madrid,
Charlo Ancelloti. Malam itu, CR7 khusus bicara mangrove. Tidak yang lain.
Apalagi soal persaingannya dengan Messi,hahaha..
Nah,
ada kejadian kocak, saat puluhan jurnalis meminta diadakan sesi foto bareng.
Karena tak mau melayani satu persatu, Aviani Malik, penyiar Metro TV yang juga
jadi moderator, menyuruh CR7 memunggungi
kumpulan wartawan. Dalam hitungan detik, semua wartawan berlari
mendekat, sampai menabrak-nabrak kursi. Saya yang bertubuh pendek, cuma bisa
cengar-cengir tak dapat tempat, saking banyaknya yang mau foto bareng.
Nasib....
Usai
foto, CR7 langsung ditarik keluar ruangan. Agenda berikutnya adalah gala
dinner, yang tertutup bagi para kuli tinta. Malam itu, saya pilih tidur di
kamar, daripada mikir acara gala dinner, yang konon CR7 ditemani Irina. Soalnya,
pukul 06.30 harus sudah keluar kamar untuk balik ke Jakarta. Puas tidak puas,
ya harus dipuas-puasin. Yang penting semua acara sudah saya ikuti, meski tidak
maksimal karena berbagai kendala.
Pagi-pagi,
naik dua kijang Innova, sekitar sepuluh wartawan Jakarta dianter ke bandara. Tak
ada panitia yang melepas. Semua masih tidur. Tapi kami sudah sampai pada tahap
muak.”Sudah, nggak usah dipikir, biarpun kita seperti habis manis sepah
dibuang. Ini mobil anteran juga kita ngotot. Tadinya disuruh naik taksi sendiri
ke bandara,”kata seorang teman yang nampak geram dengan perlakuan panitia.
Pesawat
lion air tiba di Jakarta pukul 09.00. Ada jemputan mobil dari kantor. Beberapa
teman menagih oleh-oleh, seperti kaos joger. Saya bilang oleh-oleh dari
Hongkong?Ini liputan paling amburadul dari sisi manajemen. Mungkin pihak artha
graha merasa, nama besar CR7 sudah cukup jadi jaminan kita senang meliput. Anggapan
yang ternyata tidak sejalan dengan alur berfikir para peliput.
Lha,
buat apa lihat Ronaldo tapi hasilnya cuma capai?Emang gue penggemar dia?Kalau
bisa foto bareng Messi, mungkin bisa terobati. Intinya,hasil yang didapat, tak
sebanding dengan rasa kangen 4 hari berpisah dengan anak. Belum lagi jika
berfikir, yang mengundang adalah pengusaha sekelas Tomy Winata (TW). Sekali lagi, TW
getoo lho...Nggak tahu TW ngerti atau tidak. Saya menduga, anak buahnya bilang,
semua beres, termasuk perlakuan terhadap wartawan. Ah, andai saja Pak TW baca
blog saya ini.Biar anak buahnya semua ditendang bokongnya satu-satu...buk,buk!