Pagi-pagi,usai Jokowi diperintahkan
Megawati untuk nyapres, Jum’at (14/3) lalu, betapa riuh rendahnya dunia sosial
media dengan aksi saling dukung dan telikung. Penelikung Jokowi kecewa,karena
ia melanggar sumpah jabatan untuk menjabat Gubernur DKI Jakarta selama 5 tahun.
Masih banyak pekerjaan belum terselesaikan. Sementara pendukungnya lebih
pragmatis;kesempatan tidak datang dua kali.
Status di Blackberry, foto-foto
display picture,tak urung dari aksi pro dan kontra. Jokowi jadi trending topic.
Apalagi setelah Prabowo galau dan menggugat kesepakatan Batu Tulis, yang berisi
perjanjian Megawati untuk mendukung Prabowo nyapres di 2014. Tak ayal,
hari-hari belakangan, semua orang seperti jadi pengamat politik dadakan. Harga
elpiji naik,Jakarta yang belum aman dari banjir,macet dan kriminalitas, sejenak
terlupa kan.
Saya sebetulnya tak mau ikut-ikutan rempong
soal pencalonan Jokowi. Namun dalam perjalanan Jakarta-Cijeruk,Bogor,Minggu
(16/3) kemarin,tiba-tiba tema ini muncul mendadak. Seorang teman,ustaz dan
penghayat budaya Jawa,mencoba mengidentifikasi siapakah sesungguhnya sosok
satria piningit ketujuh,yang bakal memimpin Indonesia dan jauh-jauh hari sudah
diramalkan oleh Ronggowarsito.
Namanya ramalan,mau percaya
monggo.Tak percaya tak mengurangi pahala.Raden Ngabehi Ronggowarsito memang
menyebut tujuh satria piningit yang bakal memimpin republik tercinta ini.Enam
sudah menjabat, tinggal satrio piningit ketujuh yang masih jadi
teka-teki.Prabowo atau Jokowi. Atau ada kuda hitam yang meroket di hari-hari
terakhir pemilihan presiden.
Soekarno disebut dalam ramalan
Ronggowarsito sebagai satrio kinunjoro murwo kuncoro. Seorang pemimpin yang
keluar masuk penjara tapi berhasil membuat nama Indonesia menjulang dan mampu
membongkar penjajahan Belanda. Lahirlah proklamasi.
Penggantinya,Soeharto, konon identik
dengan satrio mukti wibowo kesandung kesampar.Inilah pemimpin yang berhasil
membawa kemuliaan negeri. Sampai-sampai,sekarang pun masih ada yang
terobsesi kembali ke zaman orde baru, dengan tagline ‘enak jamanku tho’. Memang
di akhir masa pemerintahannya, ia banyak kesandung kesampar. Banyak kena
masalah.
Satrio jinumput sumelo atur
diidentifikasikan sebagai BJ. Habibie. Ia terambil untuk sementara
waktu,menjembatani presiden periode berikutnya. Saat Gus Dur naik,inilah satria
piningit yang disebut oleh Ronggowarsito sebagai satrio topo ngrame wuto
ngideri jagat. Kekurangan dalam penglihatan, tak menghalangi ia dalam waktu
singkat berkelana ke berbagai pelosok tanah air dan dunia.
Mega muncul dan ia konon sesuai
dengan ramalan sebagai satrio piningit hamong tuwuh. Seorang pemimpin yang
membawa karisma karena keturunannya (hamong tuwuh). Ia digantikan oleh satrio
boyong pambukaning gapuro. Tokoh yang berpindah tempat (boyong dari menteri
menjadi presiden),sebagai pembuka gerbang zaman keemasan.
Presiden setelah SBY, diidentifikasi
sebagai satrio pinandito sinisihan wahyu. Ia berjiwa satria,tapi relijius.
Saking relijiusnya maka disebut pinandito sinisihan wahyu. Konsep satria
pinandito sinisihan wahyu, tak hanya untuk presiden.Bisa juga satu paket dengan
wakilnya.Jika tepat, mereka akan membawa Indonesia ke arah kemakmuran.
Bisa saja yang terpilih bukan satrio
pinandhito sinisihan wahyu. Indonesia bisa terus berjalan,tapi banyak
goncangan. Bak sekrup yang tidak pas di sepeda motor. Si motor masih bisa lari,
tapi bakal tidak stabil dan penuh goncangan.Satrio piningit ketujuh ini laiknya
sosok seperti Joko Tingkir. Orang yang kuat berfikir (think) dan berdzikir.
Bersih tak punya kepentingan pribadi apalagi partai.
Pemilihan cawapres menjadi
penting,jangan sampai muncul matahari kembar. Dulu ada Mega dan Tutut. Lantas
Habibie dan Try Sutrisno. Mereka berlomba-lomba “naik” dan berebut
pengaruh. Siapa yang punya potensi menjadi satria piningit berikutnya, ia
berpotensi menjadi Ratu Adil.
Tentu saja Ratu Adil yang
terlihat dari perbuatannya. Bukan seperti Raymond Westerling, yang
membabi buta dengan APRA-nya alias angkatan perang ratu adil. Mungkin
Westerling pernah membaca buku babon,yang mengidentifikasi Ratu Adil sebagai
orang Belanda keturunan Turki. Tapi ternyata membawa kerusakan. Ratu Adil
dinilai dari kemaslahatannya terhadap rakyat.
Jika melihat dua kandidat
terkuat;Jokowi dan Prabowo,lantas siapakah yang paling mirip dengan kriteria
satrio pinandhito sinisihan wahyu versi Ronggowarsito? Ini memang mirip
tebak-tebak buah manggis,meski kadang lembaga-lembaga survey sudah memastikan
si A pasti jadi,dengan berbagai kombinasi prosentase perolehan suaranya.
Kalau perjanjian batu tulis
menyeruak jadi amunisi untuk menyerang pihak lain,sesungguhnya kita sudah mulai
disuguhi pertempuran kecil,sebelum pertempuran demi pertempuran lain bakal
terjadi,untuk memenangi peperangan. Naskah batu tulis memang jadi tolok ukur
penting,seberapa jauh seorang pemimpin bisa konsisten menegakan moralitas diri.
Dalam kosmologi budaya Jawa,yang
diucapkan seorang ratu adalah iduh geni. Sabda pandita ratu. Apa yang terucap
adalah undang-undang. Harus ditepati. Kalau diingkari, akan kena tulah.Jika
bukan tulah pribadi,Indonesia akan terus dirundung masalah.
Namun apapun hasilnya,lantaran
pertarungan belum selesai, silahkan saja para pendukung masing-masing
capres beradu kreatif di dunia maya. Yah,lumayan buat hiburan ditengah
kemacetan Jakarta yang sering bikin stress.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!