Daftar Isi

Monday, December 24, 2012

Serba-serbi Natal

Dibanding negara-negara lain, perayaan Natal di Eropa khususnya di Swedia, Finlandia dan Norwegia memiliki ciri khas tersendiri. Di Swedia Selamat Hari Natal diucapkan "God Jul".   Warga mengawali Natal dengan merayakan hari St. Lucia yang juga dikenal sebagai St. Lucy, setiap tanggal 13 Desember. Dari Swedia, perayaan ini kemudian menyebar ke Denmark dan Finlandia pada pertengahan abad ke-19.


Pada zaman dulu, tradisi ini dilakukan setiap keluarga. Anak perempuan tertua di setiap keluarga bangun paling pagi dan membangunkan setiap anggota keluarga. Dia mengenakan baju panjang berwarna putih dengan ikat pinggang warna merah dan mahkota terbuat dari sembilan lilin. Pada pagi hari, anak perempuan tersebut dipanggil “Lussi” atau “Lussibruden (pengantin perempuan Lucy)”. Kemudian anggota keluarga berkumpul di sebuah ruangan untuk sarapan dengan penerangan menggunakan lilin.

Pada malam harinya, seluruh pria, wanita, dan anak-anak yang ada di lingkungan perumahan akan berparade membawa obor. Parade diakhiri saat semua orang melemparkan obor mereka ke dalam tumpukan jerami besar sehingga menciptakan api unggun. Saat ini, khususnya di Finlandia, seorang gadis dipilih untuk melayani pada perayaan Hari Nasional Lucia dan dia akan dihormati dalam parade yang dikelilingi oleh pembawa obor.

Memang, berbeda dengan Swedia, di Finlandia, ucapan Hari Natal disampaikan "Hyvää Joulua". Pada malam Natal, di negara ini, banyak warga yang mengunjungi sauna. Mereka berkumpul dengan keluarga sambil mendengarkan siaran radio nasional “Peace of Christmas”. Selain itu, tradisi lain di Finlandia adalah mengunjungi kuburan anggota keluarga yang telah meninggal. Sementara di Norwegia, tradisi Natal identik dengan keju, kue, dan makanan penutup berbentuk gelondongan kayu  selama liburan akhir tahun.


Simbol Natal
Terlepas dari tradisi unik masing-masing tempat, perayaan Natal juga identik dengan pernak-pernik atau simbol-simbol umum yang biasa muncul saat tradisi keagamaan ini mendekat. Pohon cemara, lampu warna-warni, hiasan Natal, sinterklas, kado Natal, permen tongkat , menggantung kaus kaki hingga hamparan salju buatan adalah beberapa diantaranya. Begitupun lantunan lagu-lagu Natal seperti O Holy Night yang biasa didendangkan untuk menambah syahdu suasana Natal.

Pernak-pernik Natal itu biasanya tak jauh beda antara negara satu dengan lainnya. Muncul pertanyaan, bagaimana simbol-simbol Natal itu bisa timbul dan lestari hingga kini dan kemudian menjelma menjadi tradisi yang unik? Ternyata semua ada ceritanya. Misalnya soal pohon cemara, yang biasa hadir di dalam rumah keluarga Kristiani yang merayakan Natal.

Dari berbagai legenda yang beredar, yang paling populer adalah kisah dari Santo Bonifasius, seorang penginjil dari Inggris yang menyebarkan agama Kristen di Prancis dan Jerman pada tahun 700-an Masehi. Suatu hari, Santo Bonifasius melihat sekelompok orang mengikat seorang anak di pohon oak untuk dipersembahkan kepada Thor, dewa sembahan mereka. Demi menghentikannya dan menyelamatkan anak tersebut, Santo Bonifasius merobohkan batang pohon tersebut dengan tangannya sampai terbelah.

Ajaibnya, di belahan pohon oak tersebut tumbuhlah pohon cemara. Sejak kejadian itu, Santo Bonifasius memperlihatkan kepada orang-orang bahwa pohon cemara adalah tanda dari sorga dan pohon yang kudus. Lalu Santo Bonifasius memerintahkan mereka untuk membawa pohon cemara ke dalam rumah dan menghiasinya dengan kado-kado.

Pohon cemara sendiri dianggap sebagai simbol hidup kekal karena daun pohon cemara selalu berwarna hijau di saat hampir semua pohon akan rontok daunnya saat musim salju. Hal ini pun melambangkan agar kehidupan rohani umat Kristiani selalu bertumbuh dan menjadi berkat bagi orang lain. Pemasangan pohon Natal pertama resmi dicatat di Strasbourg, Jerman pada abad ke-16. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini menyebar ke Amerika sampai hampir ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Tentang Santa Claus (Sinterklas)
Tokoh Santa Claus berasal dari cerita rakyat Eropa yang bernama Nikolas. Tokoh ini lahir sekitar 280 M di Patara dekat Myra (Demre) yang terletak di negara Turki. Konon, bayi Nikolas sudah melakukan puasa setiap hari Rabu dan Jumat, seperti yang sering dilakukan hamba Tuhan pada zaman itu. Di hari-hari tersebut bayi Nikolas tidak mau minum air susu ibunya. Nikolas ditahbiskan menjadi pastor pada usia 18 tahun dan kemudian diangkat menjadi uskup karena sifat belas kasihnya pada fakir miskin.

Menurut legenda, saat Nikolas mengadakan perjalanan ke tanah suci, kapalnya dilanda angin ribut yang menyebabkan patahnya salah satu tiang layar dan menimpa kepala seorang kelasi kapal sehingga tewas di tempat. Dengan doanya, Nikolas berhasil meredakan angin ribut dan bahkan menghidupkan kembali kelasi yang sudah meninggal itu.

Sejak saat itu, Nikolas dianggap sebagai santo pelindung para pelaut dan kapal dagang. Kepercayaan ini terus berkembang dan menguat sampai ke para pelaut dari Yunani dan Italia di zaman itu. Akhirnya pada 9 Mei 1087, para pemilik kapal dari Italia mengambil semua tulang dan sisa tubuh Nikolas di Turki untuk dipindahkan ke Italia dan menjadikan 9 Mei sebagai hari St. Nicolaas, pelindung para pelaut oleh orang Italia.

Lalu mengapa Santa Claus terkenal dengan kebaikan hatinya membagikan kado Natal kepada anak-anak? Ini berasal dari kepercayaan orang Italia dengan cerita seorang nenek sihir bernama Befana yang mendapat tugas dari malaikat untuk memberi kado pada bayi Yesus saat Tuhan Yesus lahir, seperti yang dilakukan orang Majus.

Karena teledor, ia terlambat dan dihukum untuk memberikan hadiah pada sebanyak mungkin anak kecil , terutama kepada mereka yang tidak mampu. Akhirnya para pemuka agama Italia mengambil keputusan untuk mengalihkan cerita tersebut kepada Santa Claus. Sejak saat itu, peran Befana diambil alih oleh tokoh Sinterklas.

Rudolf, Si Rusa Berhidung Merah
Cerita tentang Rudolph the Red-Nosed Reindeer dibuat oleh Robert May pada tahun 1939 dalam rangka mempromosikan department store Montgomery Ward tempat ia bekerja. Rudolf adalah rusa kesembilan dan berada paling depan di antara kawanan rusa lainnya karena hidungnya dapat bersinar dan menerangi jalan Santa Claus agar tidak tersesat di tengah cuaca buruk.

Di tahun 1949, Gene Autry menyanyikan lagu Rudolph the Red-Nosed Reindeer dan menjadi best seller. Sejak saat itu, Rudolf dikenal sebagai rusa yang selalu setia menemani Santa Claus.

Selain Santa Claus, saban perayaan Natal juga ada tradisi menggantung kaus kaki. Kebiasaan ini tak lepas dari kisah Santa Claus, karena tradisi menggantung kaus kaki Natal ini berawal dari cerita Nikolas yang terkenal dengan ketulusan hati dan belas kasihnya, terutama pada rakyat miskin.

Suatu kali saat hari Natal, Nikolas telah mendengar bahwa seorang bapak di desanya tidak memiliki mahar padahal anak gadisnya ingin menikah.  Pada zaman itu, ada aturan jika seorang gadis ingin menikah, ayahnya harus memiliki mahar untuk diberikan kepada calon mempelai laki-laki dan keluarganya. Jika tidak, anak gadis mereka tidak akan pernah bisa menikah.

Secara rahasia, Nikolas masuk ke dalam rumah bapak tersebut lewat cerobong asap saat seisi rumah sudah tidur untuk memberikan uang agar bisa dibelikan mahar. Nikolas melihat ada kaus kaki yang sedang digantung di dekat perapian dan akhirnya menaruh uangnya disana. Dengan uang itulah, si gadis akhirnya bisa menikah, karena sanggup membeli mahar.

Dari sinilah kemudian muncul tradisi menggantung kaus kaki. Walaupun Nikolas tidak seperti Santa Claus yang dikenal sekarang, berbadan gemuk dan berjenggot putih tebal dan hampir dipastikan dia memiliki kulit coklat serta memakai pakaian kependetaan abad ketiga, kebaikannya masih tetap diingat hingga kini. Anak-anak di beberapa negara terus melakukan tradisi ini dan percaya kalau Santa Claus akan mengisi kaus kakinya dengan berbagai macam hadiah, seperti permen, uang logam, mainan, dan hadiah kecil lainnya.

Lilin, Lonceng dan Permen Tongkat
Tradisi lain yang muncul saat perayaan Natal adalah adanya lilin, lonceng dan permen tongkat. Awalnya, lilin digunakan oleh orang Roma saat merayakan perayaan Saturnalia yang dimulai sejak tanggal 17 Desember dan berakhir pada 25 Desember. Lilin yang lancip ujungnya dan panjang diberikan sebagai hadiah untuk para tamu dan kemudian dipersembahkan kepada Saturn (dewa matahari) sebagai simbol dari cahayanya dan ucapan selamat jalan untuk musim yang sudah lewat.

Seiring penyebaran agama Kristen, lilin-lilin kemudian diletakkan di depan jendela untuk menuntun bayi Yesus sebagaimana Dia berkeliling dari rumah ke rumah di hari Natal.

Soal lonceng,lain lagi ceritanya. Pada zaman dulu, di negara-negara tertentu, masyarakatnya percaya bahwa lonceng bisa digunakan untuk mengusir roh jahat. Mereka berpikir bahwa roh-roh jahat akan datang pada musim dingin sehingga selama hari-hari gelap sesudah hasil panen atau berburu, mereka mengadakan perayaan dengan membuat suara-suara gaduh.

Tradisi ini kemudian terbawa sampai perayaan Natal. Namun, bukan untuk mengusir hal-hal jahat melainkan untuk merayakan sesuatu yang menggembirakan. Di beberapa gereja yang memiliki lonceng seringkali membunyikan loncengnya saat sesuatu yang penting terjadi, misalnya perayaan kelahiran Yesus Kristus.

Sementara permen tongkat, belum dapat dinyatakan apakah kisah ini sebatas dongeng atau benar-benar terjadi. Ceritanya, berawal dari ide pemimpin paduan suara di Cologne Cathedral yang merasa kesulitan untuk mendiamkan anak-anak yang ribut di gereja saat ibadah berlangsung. Si pemimpin paduan suara ini mendapat ide untuk memberikan anak-anak permen berbetuk batang yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menghabiskannya sehingga mereka pun bisa diam untuk sementara waktu.

Si pemimpin paduan suara meminta pembuat permen untuk membengkokkan ujungnya supaya terlihat seperti tongkat dengan tujuan untuk mengingatkan anak-anak tentang para gembala yang memegang tongkat saat kelahiran Yesus.Permen tongkat ini kemudian menjadi hiasan Natal karena di tahun 1847, imigran Jerman-Swedia di Wooster, Ohio meletakkan permen tongkat pada pohon Natal mereka dan tidak berapa lama banyak yang mengikutinya.

Banyak orang yang bilang garis-garis putih pada permen tongkat mewakili kesucian Tuhan Yesus Kristus, sedangkan yang merah adalah luka-luka yang Dia derita demi menyelamatkan umat manusia. Sementara bentuknya yang seperti huruf “J” ditujukan untuk “Jesus” (Yesus).

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!