Daftar Isi

Monday, March 12, 2012

Lho, Dia Orangnya Toh?

Merayu seorang menteri untuk meluangkan waktu buat wawancara, tentu butuh perjuangan keras. Awalnya, saya melihat salah seorang menteri dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 ini rajin nongol di media. Insting saya langsung bekerja. Ini pasti menteri yang banci tampil. Maksudnya menteri yang suka publisitas dan selalu ingin on the cam. Kebetulan ada teman yang memiliki nomor orang dekat menteri tersebut. Saat saya utarakan maksud untuk minta waktu, benar saja. Si orang itu menyambut positif maksud saya. Ia bahkan memberi nomor kontak asisten pribadi pak menteri.

Namanya pejabat penting, tentu harus cari waktu di akhir pekan, agar bisa ketemu di rumah dinasnya. Jum'at sore saya dikasih tahu boleh datang ke Widya Chandra, komplek menteri. Sampai di sana, saya langsung di sambut oleh pejabat departemen yang dipimpin pak menteri tersebut. Panggil saja Pak NY. Dia suruh saya menunggu, karena pak menteri belum datang. Lumayan lama juga saya menunggu. Saat hari mulai gelap, datanglah mobil Toyota Crown yang beriringan dengan beberapa mobil lain, dikawal oleh motor gede polisi. Pak Menteri datang, saya disuruh menunggu sama Pak NY.

Usai wawancara, kami pulang. Hubungan itu menjadi awal saya menjalin pertemanan dengan asisten pribadi sang menteri. Pak menteri mengaku senang dengan tulisan saya. Hingga satu saat, saya kembali dikontak oleh asisten pak menteri. Ada proyek yang  membutuhkan jasa wartawan. Apa proyeknya? Dia minta saya untuk ketemu. Akhirnya disepakati kami ketemu di sebuah cafe dibilangan Senayan City. Di situ ada gerai kopi terkenal yang nyaman untuk ngobrol. Tentu saja saya tidak kuat untuk membayar segelas kopi dengan harga yang tidak masuk akal. Untung saya dibayari.

Proyeknya ternyata pak menteri ingin merancang sebuah kegiatan, yang membuat namanya bisa dikenal oleh kalangan ibu-ibu dan remaja putri. Berarti kegiatan ini harus masuk tayangan infotainment. Dus, mau tidak mau mesti melibatkan kalangan artis. Pikir saya, ini pasti terkait dengan pilpres 2014. Asisten menteri lantas meminta saya untuk sumbang saran, kira-kira kegiatan apa yang bagus untuk mensosialisasikan nama pak menteri. Ah, saya bingung juga dibuatnya. Saya minta waktu untuk berfikir. Meski setelah sampai rumah usulan saya akhirnya kandas dengan berbagai alasan.

Tiba-tiba saya kembali di telepon. Ini sudah cukup lama sejak saya ketemu terakhir dengan asisten menteri. Ada kegiatan yang mengharuskan pak menteri ingin mengundang seorang artis. Saya disuruh mencari siapa artis yang sedang tidak sibuk. Saya sanggupi permintaan itu. Beberapa teman artis saya hubungi. Ada yang bentrok dengan jadwal lain. Tapi ada pula satu penyanyi tenar yang sedang kosong. Kebetulan ia juga berminat untuk ikut kegiatan pak menteri. Tarifnya, diatas Rp 40 juta dan dibawah Rp 50 juta. Bayaran sebesar itu diterima dengan tugas si artis hanya menemani pak menteri, supaya wartawan infotainment mau datang ke acaranya.

Saat saya sampaikan tarifnya, asisten pak menteri langsung setuju. Tidak ada tawar menawar. Luar biasa. Saya bahkan sempat disuruh ikut ke negeri tetangga, tempat pak menteri mengunjungi acara bersama si artis. Tapi saya tidak bisa ikut karena tak punya pasport. Acara sukses, termasuk satu acara di Jakarta. Saya cuma berfikir, darimana kementerian memiliki dana untuk itu?Membayar si artis, mengongkosi pesawat terbang dan akomodasi hotel bersama empat saudaranya untuk melihat sebuah acara di negeri tetangga. Tapi, that's no problem. Saya tidak mau terlibat terlalu jauh.

Hanya saja, satu hal yang membuat saya terkejut bukan kepalang, saat media menyiarkan berita tertangkapnya seorang pengusaha karena berusaha menyuap pejabat kementerian itu. Bukan pak menteri yang dicokok KPK. Tapi Pak NY. Saya sempat tak percaya, apakah itu Pak NY yang menemani saya ngobrol dengan pak menteri. Tapi saat saya tanyakan pada teman yang memberi saya nomor ke Pak NY, benar dialah yang ditangkap KPK. Subahanallah. Saya cuma geleng-geleng kepala. Ternyata dia toh orangnya?

Hingga kini, saya berusaha untuk tidak menanyakan apa yang terjadi pada Pak NY pada asisten pak menteri. Saya takut mengganggu psikologis dia, karena kebetulan dia masih ada hubungan keluarga dengan pak menteri. Selalu yang saya ingat hanya omongan dia, saat kami ketemu di gerai kopi. Dia bilang,"Jangan lama-lama mikirnya ya mas? Tolong cepat kasih usulan, apa kegiatan yang bagus. Soalnya waktunya mepet, karena anggaran kementerian tahun ini harus segera dilaporkan bulan depan,"katanya. Soal keinginan saya menjenguk Pak NY di penjara, ini sempat jadi bahan candaan dengan teman akrab Pak NY. Tapi kami semua takut untuk menjenguk. Nanti diseret-seret ke dalam kasusnya, bisa berabe...

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!